Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dorong Penerapan Teknologi Pendidikan, Ini 4 Isu Prioritas Education Working Group G20

        Dorong Penerapan Teknologi Pendidikan, Ini 4 Isu Prioritas Education Working Group G20 Kredit Foto: G20
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Kominfo mengungkapkan upaya Pemerintah Indonesia mendorong pembahasan 4 isu prioritas selama pertemuan Education Working Group G20. Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril mengatakan dalam pertemuan ketiga, isu yang dibahas adalah Solidarity and Partnership dan the Future Work Post Covid-19

        "Pertama itu tentang universal quality education atau pendidikan berkualitas untuk semua," kata Iwan dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pascapandemi" pada Kamis, (23/6/2022).

        Baca Juga: Dirjen WHO Apresiasi Indonesia Atas Kepemimpinan di G20 dan Penanganan Covid-19

        Indonesia, jelas Iwan, menekankan pentingnya menguatkan komitmen untuk mencapai pendidikan berkualitas bagi semua dalam mencapai SDGs. Juga tak kalah penting adalah menekankan komitmen melindungi kelompok-kelompok rentan terhadap learning loss.

        Kelompok rentan yang dimaksud Iwan, dapat didefinisikan sebagai kondisi sosial ekonomi, geografis dan parameter lainnya seperti gender. Indonesia mendorong negara-negara anggota untuk memproteksi kelompok ini.  

        Baca Juga: Menkes Beberkan 5 Hal di Bidang Kesehatan yang Ingin Dicapai Indonesia dalam G20

        "Di sini Indonesia mengajak negara-negara G20 untuk menguatkan komitmen, bukan saja untuk mencapai SDGs tapi juga agar melindungi kelompok yang paling rentan secara global. Karena kelompok ini bisa secara domestik tapi juga secara global," paparnya.

        Selanjutnya, Iwan mengatakan, Indonesia juga mendorong pembahasan penerapan teknologi digital dan pendidikan. Tema ini dipilih melihat disrupsi akibat pandemi yang terjadi, di mana banyak pemangku kepentingan, utamanya bidang pendidikan mulai mengadopsi teknologi.

        Penerapan Teknologi

        Iwan mengatakan, Indonesia melihat pentingnya memanfaatkan teknologi. Hal ini sebagaimana arahan Presiden Jokowi yang menugaskan Kementerian Pendidikan Tinggi agar mendorong penggunaan teknologi untuk memecahkan masalah akses, masalah kualitas, dan masalah pemerataan pendidikan.   

        "Sehingga kita terakselerasi memacu kualitas yang mungkin masih tertinggal, namun kita bisa melakukan lompatan. Pada saat yang sama, kita juga harus memperhatikan kelompok-kelompok yang rentan," ujarnya.

        Baca Juga: Indonesia Dorong Negara Anggota G20 Bentuk Sistem Kesehatan Global

        Ketiga adalah solidarity dan partnership. Menurutnya, tema ini menjadikan keunikan presidensi Indonesia, utamanya di Education Working Group. Sebab Indonesia mengusung kearifan lokal yakni "gotong royong" ke dunia internasional, secara khusus kepada negara-negara anggota dan undangan. 

        "Alhamdulillah, kita didukung dengan luar biasa. Bahkan pada saat ini, negara G20 di Education Working Group itu mengusulkan memasukkan gotong royong sebagai bagian dari deklarasi. Bahkan gotong royong itu menjadi salah satu frame work yang digunakan untuk pemulihan pendidikan," tukasnya.

        Baca Juga: Jadi Presiden G20, Indonesia Pastikan Bawa Makna Konkret di Garis Depan Dunia

        Keempat, Iwan menyampaikan isu seputar masa depan dunia kerja pascapandemi atau The Future Work Post Covid-19. Tema ini diangkat, jelas Iwan, setelah melihat disrupsi yang terjadi semakin cepat dan masif selama pandemi covid-19.

        "Masa pandemi itu lebih mendisrupsi. Jadi revolusi 4.0 itu semakin terdisrupsi sehingga kita perlu memikirkan ulang bersama-sama bagaimana tentunya relevansinya dunia pendidikan untuk mempersiapkan SDM-SDM kita di masa mendatang," ungkapnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: