Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hasil Survei: Mayoritas Warga Menolak Orang Berlatar Belakang Yahudi Menjadi Tetangga, Guru Sekolah Negeri, dan Pejabat Publik

        Hasil Survei: Mayoritas Warga Menolak Orang Berlatar Belakang Yahudi Menjadi Tetangga, Guru Sekolah Negeri, dan Pejabat Publik Kredit Foto: Getty Images/AFPMenahem kahana
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Lembaga survei Saiful Mujani Research And Consulting (SMRC) melakukan survei tekait tingkat intoleransi pada komunis, isis, lgbt, ateis, dan yahudi.

        Dalam survei kali ini, SMRC menetapkan 3 indikator utama yakni kesediaan bertetangga, pekerjaan, dan menjadi pejabat publik.

        Dalam hal hal ranah sosial terkait kehidupan bertetangga, orang dengan berlatar belakang Yahudi ditemukan angka ketidakbersediaan yakni 51 persen.

        Dalam hal pekerjaan yang difokuskan pada guru sekolah negeri, angka keberatan pada Yahudi mencapai 57 Persen.

        Orang berlatar belakang Yahudi pun mendapat angka keberatan cukup tinggi dalam hal menjadi pejabat publik dengan 61 persen.

        Baca Juga: Pemimpin Rabi Yahudi di Moskow Lari Tinggalkan Rusia, Jurnalis Ungkap Sebabnya

        Terkait tingginya penolakan warga dengan latar belakang Yahudi ini, pendiri SMRC, Saiful Mujani beri penjelasan.

        Menurut pendiri SMRC, Saiful Mujani, penolakan ini dibentuk oleh aspek institusional, legal atau peraturan-peraturan pemerintah.

        “Toleransi pada agama-agama yang diakui oleh negara lebih kuat dibanding yang tidak” kata saiful sebagaimana dalam keterangan resmi yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, dikutip Jumat (24/6/22).

        Saiful menjelaskan bahwa pada masyarakat yang majemuk, ada kebutuhan akan toleransi. Dalam banyak studi, keberhasilan demokrasi di suatu negara sangat terkait dengan tingkat toleransi yang berkembang.

        “Kita berharap bahwa toleransi tumbuh di Indonesia dan itu akan menyumbang pada penguatan demokrasi di Indonesia,” kata guru besar ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

        Baca Juga: Mau ke Ukraina Jokowi Dibekali Rompi Antipeluru hingga Senjata Laras Panjang, Memaksakan?

        Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

        Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: