Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        ISDC: Super Digital, Super Digital Influencer

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Bising dan ramainya lanskap digital dunia membuat pengunjung digital harus cermat untuk menikmati sajian data, visual, ataupun video gratis yang menjadi referensinya. Sudah bukan rahasia lagi dalam lanskap digital yang tak terbatas ini konten positif dan negatif sudah berbaur. Jika tidak teliti dan cerdas dalam memilih, membaca, melihat, dan menikmati konten-konten itu, maka para pengunjung dunia digital dapat terbawa arus, terpengaruh, dan mencontohnya.

        Jika tidak cerdas dalam menganalisis, sekilas konten-konten negatif serupa dengan konten yang nuansanya positif. Judul konten negatif bisa saja diubah menjadi judul atau?headline?yang positif. Namun, setelah dibaca lebih dalam lagi sebetulnya isi konten tersebut adalah ajakan untuk mengubah sikap positif menjadi negatif.

        Isu-isu negatif seperti kejahatan, terorisme, provokasi, radikalisme, pornografi, narkoba, prostitusi, bunuh diri, dan hal-hal lain sangat mungkin bersembunyi di balik judul sebuah konten positif, baik dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video.

        Dalam lanskap digital yang bebas, gratis, dan mudah untuk memproduksi konten, semua pihak kini berlomba-lomba untuk menjadi sumber pengaruh (influencer). Pertanyaan menarik yang kemudian perlu kita lontarkan kepada bisnis dan diri kita adalah, "tipe?influencer?digital yang manakah kita?"

        Tipe Kepribadian?Digital Influencer

        Menurut Raymond Morin, seorang pakar situs, tiap?digital influencer?memiliki karakter dan tujuannya masing-masing sesuai dengan kepribadiannya. Tidak semua?digital influencer?dapat diselaraskan dengan semua jenis kepribadian manusia, tergantung apa tujuan mereka.

        Lisa Barone,?wakil?pendiri perusahaan?Media Outspoken di?New?York, menemukan?sedikitnya ada lima tipe?digital influencer?di media sosial, yaitu (1) the?networker, yaitu mereka yang memiliki?banyak sekali?daftar kontak?pertemanan?dalam semua?digital platform?(multiplatform). Tipe seperti ini?mengetahui siapa saja para penghuni lanskap digital.

        Kedua?opinion?leader, yaitu mereka yang dapat memengaruhi publik melalui ide, gagasan, tulisan, ucapan, dan perbuatannya. Orang-orang seperti ini berpeluang besar menjadi duta (ambassador) bagi sebuah?brand. Mereka telah membangun otoritas kuat di bidangnya sesuai dengan kredibilitas dan kompetensinya. Jika mereka melemparkan sebuah pendapat di media sosial maka pihak lain langsung tergerak untuk melakukan?retweet?atau?share to others.

        Ketiga?the?discoverer, yaitu mereka yang selalu?tampil?pertama kali dan menggunakan platform baru. Mereka selalu mencari aktivitas digital apa yang belum pernah digunakan publik lalu mereka sampaikan paling pertama di lanskap digital.

        Keempat the?sharer, yaitu mereka yang mendistribusikan informasi kepada?para wartawan, media, dan?blogger?melalui?sebuah?situs?yang sangat khusus. Tujuan orang seperti ini adalah keinginannya untuk dapat?memperkuat pesan yang sudah terpublikasi sekalipun.

        Kelima the?user, yaitu para pengguna lanskap digital yang mewakili?para konsumen.?Orang-orang seperti ini?umumnya tidak memiliki?digital network?(jaringan digital) yang besar, tetapi?jaringan yang dimilikinya juga sangat strategis.

        Strategi Pemilihan Tipe Kepribadian?Digital Influencer?sesuai Tujuan

        Strategi dan tujuan?perusahaan,?brand, ataupun?personal brand?di jaringan digital?perlu disesuaikan dengan jenis kepribadian digital. Supaya efisien, tidak membuang waktu, dan biaya,?maka harus ditentukan jenis?influencer?apa yang?cocok dengan tujuan usaha dan aktivitas publikasi perusahaan.?Hal-hal apa yang dapat membuat?digital influencer?dipersepsikan sebagai pembawa pesan positif?yang baik?

        Digital influencer?tidak terlalu mudah dievaluasi karena dapat dilihat oleh banyak pihak dari berbagai sudut penilaian (multi-perspectives). Tiap pihak dapat menilainya secara berbeda-beda, antara lain (1) kesuksesan komersialdankeuangan; (2) reputasi dan?kredibilitas; (3) kualitasafiliasidan kontak;?(4) karisma danpengaruhkepribadian.

        Empat parameter itu, bagi sebagian pihak, juga bisa dianggap belum cukup, sudah cukup, atau bahkan tidak perlu. Tiap pihak dapat menilainya berbeda. Setiap nilai,?gagasan, atau pengaruh mungkin berbeda dari orang ke orang?cara penilaiannya.

        Hari ini,?berkata aplikasi?online,?semua pengguna media digital sosial sekarang memiliki kesempatan untuk berdiri keluar dan, pada gilirannya, menjadi pemimpin dalam hal kepentingan mereka.?Akibatnya,?pemasar dan humas profesional dipaksa untuk menilai kembali pendekatan mereka untuk menentukan pengaruh gagasan di jaringan digital sosial.?

        Para?digital influencermengambil keuntungan dari kehadiran mereka di jaringan digital sosial untuk keuntungan organisasi, keuntungan pribadi, atau sebagai wakil (atau?duta)?merek,?perusahaan, atau organisasi?di mana mereka memberikan kontribusi.?Digital influencerberlomba-lomba dalam memproduksi dan berbagi konten positif yang relevan dengan kompetensi?serta?menarik bagi kepentingan publik.?Hal ini dapat mengakibatkan?mereka secara?teratur mendorong diskusi dan interaksi yang mungkin memiliki pengaruh pada perilaku?publik.

        Sudahkah perusahaan,?brand, dan organisasi kita menjadi?positive digital influencer?bagi komunitas dan lanskap digital dunia?

        Penulis:?Charles Bonar Sirait, pengamat komunikasi publik, konseptor??Indonesia Super Digital Communications, penulis buku?best sellerThe Power of Public Speaking.?Colek saya di Twitter ?, ?www.charlesbonarsirait.com,?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: