Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Super Digital, Super Hashtag

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Beberapa waktu lalu saya bersama rekan-rekan sekantor bermaksud untuk menuju ke sebuah ekspo kendaraan bermotor di kawasan Parkir Timur Senayan. Saya ke sana untuk memenuhi undangan penyelenggara acara tersebut sebagai pembicara dalam sesi talkshow.

Selama perjalanan menuju ke lokasi itu emosi saya teraduk-aduk melihat makin buruknya kualitas pengendara di Jakarta, mulai dari motor yang sering melakukan tindakan mengendara melawan arah sampai begitu banyaknya pedagang atau masyarakat umum yang melakukan hal yang sama di jalan raya. Saya benar-benar terganggu dengan kondisi ini. Kualitas berlalu lintas di Jakarta sangat buruk. Beberapa kali saya hampir menabrak motor-motor yang tiba-tiba muncul dari jalan kecil dengan kecepatan tinggi melawan arah dan menuju ke arah mobil saya melaju. 

Gayung bersambut, pembawa acara di ekspo tersebut mengajukan kepada saya pertanyaan seputar etika berkendara di jalan raya sambil memperkenalkan narasumber lain, Sdr. Sigit dari TACI. Mereka memberikan kepada saya secarik kertas bertuliskan #DWM atau driving with manners berisi 10 poin penting yang harus kita lakukan sebagai pengendara kendaraan bermotor di jalan raya.

Talkshow berlangsung sambil sesekali saya lirik media sosial Twitter di smartphone yang saya genggam. Satu per satu hashtag #DWM muncul di timeline akun Twitter saya dilengkapi dengan foto-foto baik dari panitia acara maupun dari para pendukung #DWM atau driving with manners.

Di Era Big DataBrand Harus Terlihat

Seth Godin, melalui bukunya Purple Cow, mengatakan agar brand, produk, atau jasa perusahaan Anda dapat dikenali oleh publik di antara jutaan produk yang ada di pasar maka brand Anda haruslah unik, haruslah berbeda, haruslah memiliki penanda khusus yang membuat Anda dapat dikenali dengan cepat oleh publik. Salah satu penanda khusus brand yang dapat kita tampilkan ke publik melalui platform digital saat ini adalah "tanda pagar" atau populer dengan sebutan hashtag yang divisualkan dengan "#". 

Hashtag adalah sebuah kata atau ungkapan yang diawali dengan simbol tanda pagar. Pada awalnya hashtag  diciptakan guna memudahkan sebuah kelompok besar manusia untuk berkomunikasi satu sama lain.

Dalam platform digital kita harus terlihat berbeda dengan yang lain. Hashtag, selain membuat Anda berbeda dari kebanyakan pihak yang mengomunikasikan produk atau jasanya secara digital, juga berfungsi mempercepat pencarian topik atau isu yang Anda sajikan.

Namun, setelah begitu banyak publik yang mengetahui tentang hashtag karena popularitasnya kini ia bukan satu-satunya jawaban untuk membuat produk Anda berbeda. Ia masih harus didukung faktor-faktor lainnya.

Hashtag Mudahkan Kita Berinteraksi dengan Konsumen

Tercatat, begitu banyak jaringan sosial yang menerima dan menggabungkan hashtag dalam layanannya. Sebut saja Facebook, Twitter, Google Plus, YouTube, Instagram, Path, Pinterest, Kickstarter, Flickr, dan Tumblr. Namun, Twitter-lah yang mempopulerkan #tandapagar.

Salah satu kelebihan media digital (digital platform) yang tidak dimiliki oleh media konvensional lainnya adalah fungsi searching atau pencarian semua informasi yang ingin Anda dapatkan dengan cepat. Jika pada media konvensional seperti televisi Anda tidak sempat menyaksikan pertandingan sepak bola yang disiarkan secara langsung kini melalui komputer dan internet Anda dapat langsung menuliskan nama pertandingan sepak bola tersebut, klub atau negara yang bertanding, waktu dan tempat pertandingan, lalu search melalui Google atau YouTube.

Atau, mungkin Anda penasaran tentang apa saja isi kultwit (kuliah melalui Twitter) dari seseorang yang Anda kagumi pengetahuannya? Dengan mudah Anda dapat mengetik #..........  di Google atau Twitter dan dalam kurun waktu sekejap mesin pencari akan menyodorkan banyak link alternatif jawaban atas pertanyaan Anda.

Saya kerap melakukan posting tips public speaking dengan ciri #tandapagar seperti #publicspeakingtips atau #tipsbicara melalui Twitter. Sebetulnya bukan hanya untuk berbeda dibanding pihak lain. Namun, itu juga bertujuan untuk memudahkan teman-teman komunitas public speaking yang tertinggal dan tidak sempat  mengikuti kultwit saya tersebut secara live agar tetap dapat menerima informasi itu sesudah versi live-nya selesai.

Keuntungan mencantumkan #tandapagar pada materi komunikasi publik adalah memudahkan publik untuk dapat langsung berinteraksi dengan kita dan fokus pada isu tertentu. Umumnya dengan cara memberi komentar atau tanggapan pada isu di #tandapagar tersebut.

Saya pernah menulis topik Super Digital, Super Interactions di media ini beberapa waktu yang lalu. Konsumen di zaman ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya. Mereka memiliki akses informasi tentang produk yang lebih besar daripada puluhan tahun lalu sebelum platform digital kini populer. 

Ciri konsumen hari ini ialah senang dibukakan pintu interaksi, senang berhubungan dan bersentuhan langsung dengan pemilik produk atau manajemen produk (pemasar/marketing) produk, bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan keluhan. Namun, lebih dari itu, mereka juga sangat menyukai  interaksi dengan kualitas pertemanan. Hashtag atau #tandapagar juga bermanfaat bagi para pemasar untuk terus memperbarui diri dengan isu-isu terbaru.

Indonesia tercatat berada di urutan ke-10 sebagai negara di mana hashtag atau #tandapagar paling sering digunakan, setelah Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Belanda, Meksiko, Kanada, Australia, Jepang, dan Cili. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang sangat besar di negara-negara ini.

Seth Godin juga menuliskan hal yang membosankan di dunia ini adalah dengan menjadi tak terlihat atau ketika semua orang menulis di media sosial dengan cara yang biasa, cara yang membosankan.

Sudahkah hashtag atau #tandapagar membuat brand Anda tidak membosankan? Sudah membuat brand Anda terlihat?

Penulis: Charles Bonar Sirait, pengamat komunikasi publik, konseptor  Indonesia Super Digital Communications, penulis buku best seller The Power of Public Speaking. Colek saya di Twitter  ,  www.charlesbonarsirait.com

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: