Kabar Buruk dari Intelijen Amerika, Ukraina Wajib Siaga saat Pasukan Rusia Melemah karena...
Badan intelijen Amerika Serikat mengatakan bahwa meskipun pasukan Moskow telah begitu lemah dalam pertempuran, Presiden Rusia Vladimir Putin masih ingin menguasai sebagian besar wilayah Ukraina.
Direktur Intelijen Nasional Avril Haines menilai Rusia membuat kemajuan lambat sehingga perang bisa berlangsung lama.
Baca Juga: Jadi Negara Sahabat Rusia, Putin ke Jokowi: Indonesia Dipastikan Kebagian Pasokan...
"Kami melihat adanya diskoneksi antara tujuan militer jangka pendek Putin dalam masalah ini dan kapasitas militernya, semacam ketidaksesuaian antara ambisinya dan apa yang bisa dicapai oleh militernya," terang Haines dalam konferensi Departemen Perdagangan AS.
Dilansir dari BBC, Moskow beralih fokus untuk merebut wilayah Donbas Ukraina pada bulan Maret setelah gagal merebut Kyiv dan kota lainnya.
Meski begitu, Putin masih memegang tujuan yang sama di awal konflik, yaitu untuk merebut sebagian besar wilayah Ukraina. Namun, Rusia mustahil mencapai tujuan tersebut dalam waktu dekat.
Sejak gagal mencapai tujuan awalnya untuk merebut Kyiv, Rusia berfokus merebut wilayah Donbas timur, kawasan industri besar yang diklaim Putin bahwa Ukraina telah melakukan genosida terhadap warga berbahasa Rusia.
Pasukan Rusia telah memperoleh keuntungan di sana. Baru-baru ini, mereka menguasai kota Severedonetsk, tetapi kemajuannya lambat dan pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan yang kuat.
Dalam pernyataan publik pertamanya sejak Mei tentang penilaian intelijen AS soal perang, Haines memperkirakan invasi Rusia akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama dan gambarannya tetap sangat suram.
Haines mengatakan badan-badan intelijen memprediksi 3 skenario tentang berjalannya perang. Kemungkinan terbesarnya adalah konflik berjalan lambat dengan Rusia mencapai 'keuntungan tambahan, tanpa terobosan.
Kemungkinan lainnya yang lebih kecil meliputi terobosan besar Rusia atau stabilisasi garis depan dengan Ukraina mencapai keuntungan kecil.
Artinya, Moskow kemungkinan menjadi lebih bergantungan 'alat asimetris' untuk menargerkan musuh-musuhnya, termasuk serangan dunia maya, upaya pengendalian sumber daya energu, bahkan senjata nuklir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto