9,8 Persen Generasi Indonesia Alami Masalah Mental, BKKBN: 40 Persen Generasi Kurang Optimal
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memaparkan bahwa dalam mencapai bonus demografi dari penurunan angka stunting, seluruh komponen bangsa mesti menghadapi generasi muda yang populasinya paling besar di Indonesia.
Kendati demikian, yang menjadi tantangan dalam menghadapi generasi muda, Hasto mengungkapkan, adalah terdapat beberapa rintangan yang dinilai cukup berat. Dalam hal ini, Hasto mengatakan bahwa generasi muda Indonesia, sebanyak 24,4 persen mengalami stunting. Selain itu, terdapat pula generasi muda yang mengalami mental emosional disorder sebanyak 9,8 persen.
Baca Juga: 550 Balita Medan Alami Stunting, BKKBN Gelar Dialog dan Diskusi Generasi Bebas Stunting
Hasto juga memaparkan bahwa terdapat sekitar 5 persen pemuda Indonesia aktif kecanduan narkotika. Lalu, kata Hasto, 3 persen generasi muda mengidap disabilitas dan satu persen lainnya mengalami autisme.
"Generasi kita yang kurang optimal itu sudah hampir 40% tersendiri. Inilah makanya yang terbesarnya adalah stunting sehingga ketika bisa menurunkan stunting, kita sudah mengurangi faktor-faktor pemberat untuk kualitas SDM," kata Hasto, Rabu (6/7/2022).
Selain itu, Hasto juga mengatakan bahwa Indonesia diprediksi mengalami ejected population pada tahun 2035. Berdasarkan data yang dia ungkapkan, pada tahun 2035, 80 persen generasi Indonesia tidak lulus sekolah tingkat pertama (SMP).
"Sehingga tidak produktif. Karena itu, ketika generasi mudanya tidak produktif, window opportunity bonus demografi akan menutup di tahun 2035 dan kita kemudian belum sempat sejahtera," katanya.
Berdasarkan tantangan tersebut, Hasto memaparkan bahwa investasi SDM menjadi sangat penting untuk mengurangi potensi terjadinya stunting pada generasi selanjutnya. Dia juga mengungkapkan, untuk menanggulangi hal tersebut, dibutuhkan kerja gotong royong dari semua pihak.
Sementara itu, Hasto juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah membentuk kader-kader BKKBN yang ada di berbagai daerah. Dia juga meminta pada para kepala daerah untuk memfungsikan tugas dari pada tenaga kerja BKKBN.
"Marilah kita dengan gotong royong tadi Bapak asuhan stunting itu kemudian kita bisa memberikan makanan kepada keluarga berisiko tinggi stunting itu. Nah, inilah yang perlu kita sentuh," jelasnya.
Lebih lanjut, Hasto juga menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berkomitmen untuk menurunkan prevalensi stunting melalu program BKKBN lainnya. Hal tersebut juga sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang ditargetkan 14 persen pada tahun 2024.
"Oleh karena itu, pesan khusus bapak Presiden Jokowi adalah keluarga-keluarga muda harus menjadi perhatian utama karena keluarga-keluarga muda lah yang masih akan melahirkan, hamil dan akhirnya bisa melahirkan anak-anak stunting," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Puri Mei Setyaningrum