Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan, produksi minyak sawit Indonesia hingga akhir tahun 2022 diperkirakan akan meningkat 8-10 persen dibandingkan tahun 2021. Dikatakan Tungkot, produksi tahun ini lebih baik dibandingkan tahun 2021, bahkan bisa kembali ke posisi tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19.
Jika mengacu data GAPKI tahun 2021, produksi CPO tahun 2022 bisa naik menjadi 50,63 hingga 51,57 juta ton. Jika total ditambah CPKO, produksi tahun 2022 bisa mencapai 55,4 hingga 56,43 juta ton. Adapun, total produksi minyak sawit pada 2021 tercatat 51,3 juta ton.
Baca Juga: 13 Poin Rekomendasi Hasil Rakor Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia, Singgung Harga TBS!
Oleh karena itu, Tungkot mengatakan, pemerintah harus mempercepat upaya meningkatkan konsumsi di dalam negeri. Salah satunya, pemerintah sudah mencanangkan penggunaan B35. Realisasi penyerapan B35, ujarnya, harus dipercepat sehingga bisa menyerap stok CPO dalam negeri yang diperkirakan sudah mencapai 8 juta ton saat ini.
"Tidak ada bedanya aturan B30 yang sudah ada dengan B35 dan B40. Yang penting, komitmennya ada dan jangan diatur mafia impor BBM. Ada urgensinya saat ini. Selamatkan neraca perdagangan migas, penghematan devisa, dan penyelamatan jutaan petani sawit. Semestinya satu minggu ini bisa dijalankan. SOP telah ada, semua sudah ada, jadi tidak ada alasan untuk menunda," kata Tungkot, Selasa (12/7/2022).
Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum APKASINDO Gulat Manurung mengatakan, "Saat ini sedang periode produksi, Juli-Agustus bisa berkontribusi 25 persen terhadap setahun. Saat ini siklus produksi lagi tren naik."
Baca Juga: Keluhkan Harga TBS, Mendag Zulhas Ajak Petani Sawit Berdialog Atasi Permasalahan
Sementara itu, Sekretaris Jenderal GAPKI Eddy Martono menambahkan, pengosongan stok dibutuhkan terutama di saat periode panen sekarang untuk menghindari terjadinya penumpukan stok.
"Percepatan ekspor dibutuhkan. Sebaiknya ada relaksasi dulu kebijakan untuk mempercepat ekspor. Sebaiknya dilepas dulu DMO dan DPO sampai stok turun ke 3-4 juta ton. Karena panen harus jalan terus tidak bisa berhenti. Kasihan juga petani, TBS tidak terserap. Kalau pun terserap harga jatuh," pungkas Eddy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: