Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong kontribusi perempuan dalam kemajuan transisi energi menyusul kebijakan pemerintah memberikan perhatian pada dimensi gender.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menekankan terobosan Kementerian ESDM melibatkan perempuan dalam program transisi energi.
"Dari berbagai program Kementerian ESDM untuk anak muda, yaitu Patriot Energi dan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya atau GERILYA, lebih dari 30 persennya diikuti oleh perempuan," ujar Ego dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (12/7/2022).
Baca Juga: Akselerasi Energi Baru, Pemerintah Hadirkan 500 Penerangan Jalan Bertenaga Surya
Ego mengatakan, saat ini perempuan telah mengisi pos-pos penting di pemerintahan termasuk di Kementerian ESDM.
"Setidaknya ada 11 perempuan yang mengisi posisi Direktur atau eselon 2, dari total 55 unit eselon 2 di Kementerian ESDM," ujarnya.
Selain itu, terjadi peningkatan pegawai perempuan dari 23 persen menjadi 28 persen dalam 10 tahun. Bahkan, Ditjen EBTKE menjadi unit dengan jumlah pegawai perempuan terbanyak yaitu sekitar 35 persen.
"Ini tentu menjadi sinyal yang baik dalam meningkatkan peran perempuan dalam transisi energi Indonesia," ungkapnya.
Menurutnya, peran perempuan juga bisa dilakukan dari level masyarakat secara praktis. Beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan dalam transisi energi di antaranya melakukan mengembangan dan advokasi energi terbarukan, gaya hidup hemat energi, dan terlibat dalam pengambilan keputusan pengelolaan energi.
Kebijakan Transisi Energi
Untuk mendukung transisi energi, pemerintah sudah menyusun rancangan target Net Zero Emission pada 2060 dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
"Arah kebijakan energi nasional yaitu melaksanakan transisi energi, dari energi fosil menuju energi bersih ramah lingkungan utamanya pengembangan Energi Baru Terbarukan atau EBT," ujar Ego.
Ia menambahkan pemerintah akan mengganti hampir seluruh pembangkit listrik ke 100 persen energi bersih secara bertahap melalui pengembangan EBT secara masif yang meliputi solar PV, angin, biomassa, panas bumi, hidro, energi laut, nuklir, hidrogen, dan tekonologi energi bersih seperti battery storage systems dan CCUS.
"Saat ini tidak boleh ada penambahan PLTU batu bara baru, kecuali yang telah berkontrak atau sedang konstruksi. Selain itu, retirement PLTU akan secara bertahap pasca-2030," tegasnya.
Sementara dari sisi permintaan (demand), pemerintah mendorong penerapan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, pemakaian kompor induksi, dan pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga.
"Tentu diperlukan sinergi dan kolaborasi semua pihak yang melibatkan generasi muda termasuk perempuan, yang menjadi fokus dari webinar ini," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti