Parents Mesti Waspada, Anak Bisa Jadi Sasaran Kejahatan di Internet
Beriringan dengan pertumbuhan digital yang sangat pesat, muncul pula ancaman-ancaman yang tidak terhitung jumlahnya. Menjaga keluarga dari risiko digital yang mengancam tersebut memerlukan pemahaman akan literasi digital supaya bisa memfilter dampak negatif penggunaan medi digital.
"Mengakses informasi makin mudah dan praktis. Bisa dikatakan dunia ada di tangan kita. Opportunity atau kesempatan juga ada di tangan kita. Bahkan, kita tidak lagi mengenal batas ruang dan waktu," ungkap Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat, Wily Ariwiguna, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada Senin (11/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Baca Juga: Ini Kiat Bisnis Mudah Dikenal ala Digital Marketer
Lebih jauh dia mengatakan, bahkan masyarakat memandang digitalisasi sesuatu yang baik untuk mempermudah kehidupan. Masyarakat pun sudah merasa nyaman dengan transaksi keuangan digital yang sebelumnya dianggap berisiko.
Namun, dengan kecepatan pertumbuhan pengguna internet, saat ini masyarakat masih dianggap hanya bisa menggunakannya saja. Belum sepenuhnya menjadi pengguna cerdas atau produsen cerdas sehingga menjadi ceroboh dan tidak hati-hati hingga mengalami penipuan dan kejahatan di ranah digital. Sebabnya, pengguna harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keamanan digital.
Dia mencontohkan sempat beredar pencatutan foto anak-anak di Facebook untuk meminta sumbangan palsu. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan akan privacy foto anak untuk tidak diunggah secara berlebihan. Banyak orang tua yang bangga dengan tumbuh kembang anaknya kemudian memasang foto di media sosial hingga disalahgunakan.
Anak pun bisa menjadi sasaran kejahatan digital. Meliputi hal-hal yang bersifat agresif seperti kekerasan atau konten sadis, lalu sasaran penguntitan, korban bullying, dalam konteks seksual anak bahkan bisa menjadi sasaran kekerasan seksual dan pornografi hingga konten berbahaya lainnya.
Dalam hal ini, tentunya peran orang tua amat besar untuk memfilter apa yang diunggah terkait identitas anak. Selain memberikan fasilitas, orang tua juga harus menetapkan aturan main atas akses digital. Anak perlu diajarkan prinsip dasar keamanan digital, dan bahkan melakukan pendampingan saat mengakses media digital.
Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Baca Juga: Kemendikbudristek Terus Upayakan Ramah Digital, Cegah Perundungan dan Kekerasan Seksual di Sekolah
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya, antara lain Founder & CEO Coffee Meets Stock, Theo Derick, dan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat, Wily Ariwiguna. Serta Fasilitator Seknas Gusdurian dan Dosen Unigara, Bakhru Thohir. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum