Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        276 Juta Orang Alami Kerawanan Pangan, Sri Mulyani: Ini Dampak Perang Rusia dan Ukraina

        276 Juta Orang Alami Kerawanan Pangan, Sri Mulyani: Ini Dampak Perang Rusia dan Ukraina Kredit Foto: Antara/POOL/Nyoman Budhiana
        Warta Ekonomi, Badung -

        Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina berdampak kepada meningkatnya kerawanan pangan akut hingga lebih dari dua kali lipat sejak sebelum pandemi Covid-19. Menurut the World Food Programme, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019 Sebelum pandemi dari 135 juta menjadi 276 juta.

        "Ada urgensi di mana krisis pangan harus ditangani. Penyebaran mekanisme pembiayaan yang lebih tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial. Selain itu, kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi fundamental penting yang telah membuat banyak negara melewati krisis," kata Sri Mulyani dalam kata sambutannya saat membuka secara resmi agenda 3rd FMCBG G20 Meeting, Jumat (15/7/2022).

        Baca Juga: Sri Mulyani Bertemu Menkeu China, Apa Saja yang Dibahas?

        Tidak hanya itu, Sri Mulyani turut menyoroti komoditas penting lainnya yang juga menjadi tantangan besar bagi dunia, yaitu energi. "Lanskap energi global telah diubah atau dibentuk kembali secara radikal dan seiring dengan melonjaknya harga komoditas, saya yakin Anda semua sebagai menteri keuangan dan gubernur bank sentral melihat ini sebagai ancaman bagi stabilitas ekonomi makro kita serta lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan," imbuhnya.

        Lebih lanjut, Bank Dunia telah memperkirakan harga minyak mentah naik 350 persen sejak April 2020 hingga April 2022. Sri Mulyani menyebutkan, saat awal terjadinya pandemi Covid-19 ada dua hari saat harga minyak berada di angka nol atau bahkan sedikit negatif.

        "Dan sekarang kita menghadapi situasi ekstrem yang sangat berbeda. Peningkatan 350 persen ini merupakan peningkatan terbesar untuk periode dua tahun sejak 1970-an. Pada bulan Juni kami menyaksikan harga gas alam di Eropa meningkat sebesar 60 persen. Hanya dalam dua minggu," kata Sri Mulyani.

        Baca Juga: Inflasi Indonesia Relatif Aman, Tapi Pemerintah Jangan Diam Saja atas Gejolak Dunia!

        Dengan terjadinya kekurangan bahan bakar yang sedang berlangsung di seluruh dunia, Pemerintah Indonesia melihat hal itu memiliki sebuah implikasi politik dan sosial yang besar di Sri Lanka, Ghana, Peru, Ekuador, dan di negara lainnya.

        "Harga gas yang tinggi benar-benar menjadi masalah yang mengancam pemulihan ekonomi kita. Dunia berada di tengah krisis energi global. Perang serta kenaikan harga komoditas dapat memperburuk lonjakan inflasi global dan meningkatkan ketidakstabilan sosial lebih lanjut," ujarnya.

        Ia mengatakan, negara-negara pengimpor komoditas berpenghasilan rendah kemungkinan besar akan sangat terpengaruh, yang dapat menyebabkan kerusuhan sosial dan politik lebih lanjut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: