Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pakar Psikologi Forensik: Personel Polisi Berpangkat Rendah dalam Situasi Tembak-menembak Bisa Saja Menunjukkan...

        Pakar Psikologi Forensik: Personel Polisi Berpangkat Rendah dalam Situasi Tembak-menembak Bisa Saja Menunjukkan... Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Aspek rasionalitas atau berpikir secara rasional adalah indikasi bahwa adanya kesadaran yang baik, kata pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel. Ini juga sehubungan dengan personel polisi dilatih untuk terbiasa bepikir rasional sehingga tahu bagaimana bertindak secara tepat.

        ”Personel berpangkat rendah tidak akan berani melawan personel berpangkat rendah. Itu mengindikasikan adanya kesadaran yang memungkinkan bekerjanya rasionalitas,” kata Reza.

        Baca Juga: Pak RT Bingung Decoder CCTV Pos Satpam Diganti Terkait Kasus Rumah Ferdy Sambo, Polisi Beri Pengakuan: Untuk Kepentingan Penyelidikan

        Rasionalitas memungkinkan, kata Reza, satu pihak menilai pihak lain dan situasi yang dihadapi. Agar dapat berpikir rasional, individu membutuhkan waktu cukup sehingga pertimbangan (kalkulasi) berjalan dengan normal.

        ”Personel yang rasional akan tampak. Misalnya, ketika dia memberikan hormat kepada personel lain yang berpangkat lebih tinggi. Berpikir secara cermat dan hati-hati itu merupakan system 2 thinking,” ungkapnya.

        Namun menurut dia, situasi yang personel polisi hadapi tidak selalu ideal. Bahkan, sesuai tuntutan situasi, tempo-tempo personel harus berhadapan dengan situasi kritis, genting, ditandai pertaruhan hidup atau mati, terbunuh atau membunuh, ditembak atau menembak.

        ”Dalam kondisi semaut itu, rasionalitas tidak mungkin dikerahkan. Bahkan justru sangat tidak tepat apabila personel, yang saat itu tengah bergelut dengan bahaya ekstrim, tetap berpikir rasional,” tutur Reza.

        Dalam kondisi seperti itu, dia menjelaskan, berpikir rasional justru akan berakibat fatal bahkan mematikan.

        ”Jadi bisa dipahami bahwa perhatian terhadap pangkat dan jabatan tidak akan berfungsi, manakala seorang personel sedang berada dalam kegentingan yang memaksanya untuk mendahulukan keselamatan dirinya di atas hal-hal lain. Proses berpikir instan bahkan intuitif itu diistilahkan sebagai system 1 thinking,” terang Reza.

        ”Nah, dalam situasi tembak-menembak, apalagi dalam jarak dekat, terlebih jika situasi itu sama sekali tidak diduga oleh si personel, sangat kecil kemungkinan personel tersebut akan hirau pada pangkat dan jabatan personel lain yang tengah mengarahkan senjatanya,” ujar dia.

        Dia menambahkan, berhadap-hadapan dengan risiko maut sedemikian rupa, by intuition personel pertama (betapa pun pangkatnya lebih rendah) akan semata-mata berfokus pada keselamatan dirinya sendiri.

        Bukan pada risiko disiplin organisasi, benturan antar angkatan, hukuman pidana, sanksi sosial, bahkan ancaman pemberhentian tidak dengan hormat, dan hal-hal rasional lainnya.

        ”Jadi, seorang personel berpangkat rendah dalam situasi tertentu bisa saja menunjukkan pembangkangan dan berani berkonfrontasi dengan personel lain yang berpangkat lebih tinggi (lebih senior). Situasi tertentu dimaksud adalah situasi yang mengharuskan si personel berpangkat lebih rendah itu untuk secara otomatis berperilaku atas dasar system 1 thinking,” ucap Reza.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: