Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berkat Keringat Turki, Kapal Gandum dari Ukraina Diizinkan Berlabuh Oleh Rusia

        Berkat Keringat Turki, Kapal Gandum dari Ukraina Diizinkan Berlabuh Oleh Rusia Kredit Foto: Unsplash/Venti Views
        Warta Ekonomi, Istanbul -

        Otoritas Turki dan Ukraina mengonfirmasi kapal pertama yang membawa gandum telah berangkat dari pelabuhan Ukraina. Kapal meninggalkan pelabuhan Odesa, Senin (1/8/2022) waktu setempat dan merupakan hasil kesepakatan penting dengan Rusia.

        Dilansir dari BBC, Rusia telah memblokade pelabuhan Ukraina sejak Februari. Meski begitu, kedua pihak menyetujui kesepakatan untuk melanjutkan pengiriman. Kesepakatan ini diharapkan dapat meredakan krisis pangan global dan menurunkan harga gandum.

        Baca Juga: Menlu Amerika ke Rusia: Moskow Gunakan Perisai Nuklir saat Berhadapan dengan Ukraina

        Menurut Turki, kapal Razoni yang berbendera Sierra Leone akan berlabuh di Lebanon. Pengiriman lebih lanjut pun direncanakan selama beberapa pekan mendatang.

        Menurut Pusat Koordinasi Gabungan, yang didirikan di Istanbul berdasarkan kesepakatan itu, kapal tersebut mengangkut sekitar 26 ribu ton jagung dan diperkirakan tiba di perairan Turki untuk inspeksi pada Selasa (2/8).

        "Hari ini Ukraina, bersama mitra, bertindak untuk mencegah kelaparan dunia. Terbukanya pelabuhan akan memberikan setidaknya USD 1 miliar pendapatan devisa bagi perekonomian dan peluang bagi sektor pertanian untuk rencana tahun depan," tulis Menteri Infrastruktur Ukraina Alexander Kubrakov di Facebook.

        Menurut Kubrakov, 16 kapal lainnya sedang menunggu keberangkatan di pelabuhan Odesa dalam beberapa pekan mendatang.

        Sekretaris Jenderal PBB menyambut baik keberangkatan kapal tersebut. Ia memuji Turki atas perannya dalam bekerja untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut.

        Dimediasi PBB dan Turki, kesepakatan tersebut butuh waktu 2 bulan untuk dicapai dan akan berlangsung selama 120 hari. Perjanjian ini dapat diperpanjang jika kedua belah pihak setuju.

        Blokade gandum Ukraina telah berdampak pada krisis pangan global. Pasalnya, produk berbahan gandum, seperti roti dan pasta, menjadi lebih mahal. Harga minyak goreng dan pupuk juga naik.

        Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Pada 2019, Ukraina menyumbang 16 persen dari pasokan jagung dunia dan 42 persen minyak bunga matahari, menurut data PBB.

        Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyebut pengiriman itu sebagai bantuan bagi dunia. Ia pun mendesak Rusia agar menghormati bagiannya dalam kesepakatan.

        Berdasarkan ketentuan kesepakatan, Rusia setuju untuk tak menargetkan pelabuhan saat pengiriman sedang transit. Sementara itu, Ukraina setuju kapal angkatan lautnya akan memandu kapal kargo mengarungi perairan bertabur ranjau.

        Didukung PBB, Turki akan memeriksa kapal untuk menghilangkan kekhawatiran Rusia atas penyelundupan senjata.

        Tiga pelabuhan di Ukraina selatan, yaitu Odesa, Chornomorsk, dan Pivdenny, direncanakan menjadi titik fokus ekspor.

        Kesepakatan itu sempat goyah setelah diumumkan Rusia meluncurkan 2 rudal di pelabuhan Odesa. Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, serangan itu menunjukkan kalau Moskow tak bisa dipercaya untuk tetap mematuhi kesepakatan.

        Namun, Kremlin berdalih serangan itu ditujukan pada kapal angkatan laut Ukraina yang berlabuh di pelabuhan. Mereka bersikeras kalau serangan ini tak mempengaruhi kesepakatan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: