Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Efek Domino Stunting, BKKBN: Kecerdasan Anak Indonesia di Urutan 64 dari 65 Negara

        Efek Domino Stunting, BKKBN: Kecerdasan Anak Indonesia di Urutan 64 dari 65 Negara Kredit Foto: BKKBN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memaparkan bahwa stunting memiliki dampak pada tingkat kecerdasan anak, ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan menurunkan produktivitas seseorang.

        Dia juga mengatakan bahwa secara makro, stunting bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi, meningkatkan angka kemiskinan, dan menimbulkan ketimpangan sosial. Menurut Hasto, kerugian negara karena stunting bisa mencapai 11 persen dari Growth Domestic Product (GDP) hingga berkurangnya pendapatan orang dewasa sebesar 20 persen.

        Baca Juga: Danone Indonesia Gandeng PKK Jatim demi Tekan Stunting, Ketua Tim Penggerak PKK Jatim Bilang...

        "Kurang kesenjangan sosial juga semakin terbuka lebar akibat stunting dan mengurangi 10 persen dari total pendapatan seumur hidup, serta timbulnya kemiskinan antargenerasi," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/8/2022).

        Sementara itu, Hasto mengatakan bahwa berdasarkan data Organisatoon for Economic Cooperation and Development Programme for International Student Assessment (OECD - PISA) tahun 2012, tingkat kecerdasan anak Indonesia berada pada urutan terendah, yaitu ke-64 dari 65 negara.

        Dia menyebut bahwa OECD - PISA sendiri melakukan penelitian dari 510.000 pelajar usia 15 tahun di 65 negara, termasuk Indonesia di dalamnya yang meliputi bidang membaca, matematika, dan sains. 

        Baca Juga: BKKBN Sebut Pola Asuh Demokratis Bisa Dukung Pertumbuhan Anak, Simak!

        "Untuk menekan tingginya prevalensi stunting yang saat ini masih di angka 24,4%, BKKBN telah melakukan berbagai intervensi melalalui kegiatan pendampingan keluarga, mulai dari calon pengantin (Catin), ibu hamil, pascapersalinan, anak 0-5 tahun (anak 0-2 tahun prioritas)," kata Hasto.

        Lebih lanjut, Hasto mengimbau agar laki-laki yang ingin menikah dapat mengurangi kebiasaannya untuk merokok, menjaga pola makan agar dapat menghasilkan sperma yang berkualitas 75 hari sebelum pernikahan guna mencegah kelahiran bayi stunting.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: