Bisa Compang-Camping! Pakar Ekonomi Ingatkan Imbas Terparah buat Indonesia dari Konflik China dan Taiwan
Hubungan panas China dan Taiwan yang memuncak akhir-akhir ini telah menjadi perhatian dunia. Hal ini dipicu oleh kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi yang berkunjung ke Taiwan awal Agustus ini.
China kemudian merespons hal itu dengan parade latihan perang besar-besaran yang dimulai sejak 4 Agustus. Beijing, dalam latihan tersebut, menembakkan rudal yang menyasar ke bagian wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan Taiwan.
Baca Juga: Taiwan Naikkan Anggaran Pertahanan Hampir 13 Persen di Tahun 2023, Apa Rencana Besarnya?
Beberapa rudal yang ditembakkan bahkan terjatuh di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) wilayah Jepang membuat pemerintahan Jepang khawatir.
Konflik ini diprediksi akan memberikan kerugian dalam skala besar bagi banyak pihak dan dapat mengubah tatanan sistem geopolitik dunia, bahkan kerugian internal dari kedua negara juga dipastikan akan sangat besar.
Ketegangan antara kedua negara tersebut tentunya memiliki dampak bagi Indonesia. Para ekonom pun memprediksi dampak ke Indonesia bisa lebih dahsyat ketimbang invasi Rusia dan Ukraina saat ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, Indonesia memiliki hubungan dagang lebih besar dengan China dan Taiwan ketimbang dengan Rusia dan Ukraina.
Beliau mengatakan, China dan Taiwan merupakan tujuan ekspor tradisional Indonesia dengan masing-masing 21% dan 11% dari total ekspor, yang artinya 32% atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan juga berpotensi untuk menurunkan surplus neraca dagang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan negara terbesar tujuan ekspor non-migas senilai 5,09 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
China juga merupakan pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari-Juni 2022 senilai 32,08 miliar dolar AS atau setara 33,17% dari total impor.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar 6,9 miliar dolar AS yang didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar 2,7 miliar dolar AS, dan Bahan Bakar Mineral (HS 27) mencapai 1,8 miliar dolar AS.
Sedangkan untuk impor Indonesia dari Taiwan mencapai 4,4 miliar dolar AS dan didominasi oleh impor mesin dan peralatan listrik yang mencapai 1,5 miliar dolar AS.
Dilansir dari Antara, Kamis (25/8/2022), Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, memastikan pemerintah akan terus memantau risiko dari ketegangan politik antara China dengan Taiwan.
Ia khawatir ketegangan kedua negara itu ikut mendongkrak harga komoditas global, serta mengganggu pemulihan ekonomi di berbagai negara. Tidak hanya itu, konflik tersebut juga berdampak terhadap mobilitas perdagangan dan juga investasi Indonesia.
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani Johanna Gani menilai, meningkatnya ketegangan geopolitik antara China dengan Taiwan, tentunya berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Pemerintah, kata dia, perlu mewaspadai kondisi ini karena dapat mempengaruhi arus perdagangan di mana China dan Taiwan merupakan mitra perdagangan penting Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impor.
“Dalam hal ini, pemerintah perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, misalnya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga mengurangi ketergantungan pada China, termasuk menjajaki potensi pasar luar negeri lainnya seperti India dan juga beberapa negara lainnya," kata Johanna.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: