Perusahaan teknologi untuk logistik Shipsy baru-baru ini mulai membuka kantor operasionalnya di Jakarta. Menurut CEO Shipsy Soham Chokshi, Indonesia masih merupakan pasar terbesar sejauh ini, maka ketika ingin menjadi pemimpin pasar terdepan di Asia Tenggara, harus dimulai dengan menjadi terdepan di Indonesia terlebih dulu.
“Ketika kita berbicara tentang Asia Tenggara, kita tidak dapat melakukannya tanpa menjadi pemimpin pasar terlebih dulu di Indonesia. Ini merupakan market terbesar sampai saat ini. Kami sangat yakin bahwa semua solusi yang kami miliki di berbagai wilayah tempat kami beroperasi benar-benar akan membantu pelanggan kami tidak hanya saat ini, namun juga di masa depan,” tuturnya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Menurut Soham, strategi yang akan diterapkan Shipsy di Indonesia adalah melengkapi solusi teknologi yang dimiliki dengan infrastruktur-infrastruktur lokal. Teknologi saat ini menjadi bagian inti dari operasional perusahaan mana pun sehingga mereka membutuhkan dukungan teknis secara real time.
“Pada dasarnya kami membantu perusahan ritel, logistik dan produsen dalam mengurangi biaya-biaya transportasi, meningkatkan pengalaman pelanggan sehingga mereka menerima pengiriman lebih cepat serta mengotomatisasi proses manual. Di sinilah kami membantu mereka. Selain Indonesia, sebelumnya kami juga memiliki kantor pusat di Dubai dan India," ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Baca Juga: Gandeng Startup Singapura, Lion Parcel Kokohkan Layanan Logistik Internasional
Soham mengatakan bahwa perusahaan e-dagang, logistik dan produsen didorong untuk mengadopsi teknologi karena berubahnya tuntutan konsumen akhir. Selama tujuh tahun terakhir ini, katanya, terjadi perubahan dalam proses pengiriman. Jika sebelumnya membutuhkan waktu enam hari, kemudian menjadi lima hari, lalu berubah menjadi dua hari.
“Kemudian berubah lagi menjadi satu hari, sampai pada tahap konsumen meminta untuk sampai di hari yang sama, bahkan pelanggan mengharap pengiriman instan dalam waktu 30 menit. Jadi harapan pelanggan yang terus berubah benar-benar mendorong perusahaan untuk segera mengadopsi teknologi. Termasuk juga penekanan pada biaya karena pelanggan tidak mau membayar lebih untuk proses pengiriman,” jelasnya.
Teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) mampu merancang rute dengan lebih efisien serta mengoptimalkan seluruh transportasi untuk mengurangi biaya.
“Ini adalah solusi yang kami berikan kepada pelanggan-pelanggan kami di pasar. Dan tantangan logistik di Indonesia juga banyak, mirip dengan India dan Timur Tengah, seperti misalnya kesulitan dalam navigasi. Dan ini adalah tantangan umum," tambahnya.
Baca Juga: Pendanaan Hingga Tarif Jasa Logistik Jadi Tantangan UKM Mendunia
Soham mengatakan bahwa fokus Shipsy di Indonesia adalah membantu pelanggan dengan menyiapkan tim lokal yang dipimpin oleh seorang Country Manager. Dukungan lokal tersebut termasuk dukungan teknis untuk membantu perusahaan e-Niaga dan logistik yang beroperasi di sini.
“Kami melihat Indonesia memainkan peran yang sangat besar, tidak hanya tahun ini, namun juga lima hingga 10 tahun ke depan. Indonesia akan menjadi pusat operasional yang sangat kuat untuk Kawasan Asia Tenggara,” ungkapnya.
Selain memperkuat pasar di Indonesia, Shipsy pun juga berencana memperluas teknologinya dengan mengadopsi blockchain. Menurut Soham, kepercayaan adalah masalah yang paling utama dalam bisnis logisitk, terutama ketika pelanggan menerima barang kiriman yang tidak ada satu pun yang bisa menjamin apakah asli atau tidak.
“Kami percaya bahwa blochchain bisa sangat berguna dan memiliki semua informasi suatu aset dengan benar,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri