Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sebut Rakyat & Parpol Tolak Kenaikan Harga BBM, Fahri Hamzah: Tidak Ada Orang yang Menerima

        Sebut Rakyat & Parpol Tolak Kenaikan Harga BBM, Fahri Hamzah: Tidak Ada Orang yang Menerima Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) baik subsidi maupun nonsubsidi menjadi sebuah polemik di tengah belum pulihnya pertumbuhan ekonomi.

        Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebut tidak ada orang yang menerima kenaikan harga BBM, baik rakyat maupun kalangan partai politik. 

        "Tidak ada orang yang menerima kenaikan harga BBM karena setiap rezim pernah menjadi oposisi dan ketika mereka menjadi oposisi juga menolak kenaikan BBM pada masa lalu tapi memang umumnya demikian," ujar Fahri dalam webinar, Rabu (7/9/2022). 

        Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Jadi Ajang Pertaruhan Puan Maharani untuk Maju di Pilpres 2024

        Fahri mengatakan bilamana rezim ini ditentang karena kenaikan harga BBM ditentang oleh parpol maupun masyarakat terimalah, karena itu bahasa umum dari masyarakat.

        "Harga BBM itu diharapkan turun atau diprotes kenaikannya ada di dalam lagu, ada di dalam puisi, ada di dalam sastra jadi itu sebenarnya memang kita sudah menerima kenaikan harga BBM itu tidak enak, tidak baik, dan tidak selayaknya dilakukan," ujarnya. 

        Menurutnya, bagaimana membaca sikap negara terhadap harga, terhadap kesejahterahaan, terhadap sesuatu yang substansif bagi masyarakat, bagi rakyat untuk bertumbuh, untuk kuat terus menerus. 

        Lanjutnya, hal tersebut dari rezim ke rezim selalu gagal dalam berbicara masalah berkomunikasi dengan masyarakat. Pasalnya jika dianggap baik ia mempertanyakan bilamana dianggap baik kenapa ditolak oleh masyarakat.

        "Kalau dianggap baik kenapa mesti ditolak. Misalnya istilah salah sasaran, itu yang paling kacau terminologi itu, dari dulu bilang salah sasaran, dari awal pemerintah bilang salah sasaran, dan rakyatnya bilang kamu jangan salah sasaran lagi ya karena yang membuat salah sasaran kan pemerintah, jadi ini omong kosong yang enggak bisa diteruskan karena logikanya itu tidak bisa diterima oleh masyarakat," ucapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: