Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bahaya, Agama Selalu Jadi Sasaran Hate Speech

        Bahaya, Agama Selalu Jadi Sasaran Hate Speech Kredit Foto: Unsplash/Jon Tyson
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Era digital menghadirkan ruang tanpa batas. Setiap individu diberi kebebasan berekspresi dan berpendapat. Situasi ini tentu riskan dan harus selalu dijaga, mengingat ujaran kebencian (hate speech) semakin banyak ditemukan di media sosial.

        Ujaran kebencian merupakan tindakan komunikasi dilakukan individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, hingga hinaan kepada seseorang atau sekelompok lainnya. Ras, warna kulit, etnis, gender, orientasi seksual, kewarganegaraan, dan agama kerap menjadi sasaran.

        Baca Juga: Pengaruh Jejak Digital di Masa Depan

        "Beberapa tahun kebelakang, di era demokrasi, bangsa kita hampir terpecah belah karena ujaran kebencian beberapa kelompok yang mengatasnamakan agama untuk memenangkan argumen sendiri. Masih banyak orang adu argumen, posting-an, sakti lewat agama," kata Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, pada Selasa (6/9/2022).

        Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

        Baca Juga: Yuk Selamatkan Indonesia dengan Menguatkan Pemahaman Budaya Digital

        Indonesia merupakan negara majemuk sehingga setiap individu tidak boleh menjadikan agama sebagai senjata menyerang sesama. Netizen cakap digital, lanjut Muhajir, jangan menyebarkan atau bahkan menjadi sumber hate speech.

        "Setop di kita. Kalau melihat teman atau orang melakukan posting-an hate speech, kita ingatkan dia. Kalau memang tidak bisa, kita laporkan dia ke pihak berwajib," kata Muhajir.

        Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.

        Baca Juga: Ini Bahayanya Jika Seseorang Tidak Punya Kemampuan Digital

        Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

        Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.

        Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Digital Marketer, Lim Sau Liang. Kemudian Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom, serta Relawan TIK dan Founder Akademi Digital Advisor, Alamsurya Kubara Endriharto, MM.

        Baca Juga: Tiga Kemampuan Digital Ini Bisa Jadi Alat Promosi Budaya Lokal

        Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi atau instagram @literasidigitalkominfo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: