Tekan Risiko Kepunahan Satwa Liar, Wamen LHK Paparkan Keberhasilan Upaya Konservasi Indonesia
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong memaparkan keberhasilan upaya konservasi Indonesia dalam acara International Conference on Wildlife Conservation yang diselenggarakan pada tanggal 13-15 September 2022 di Jakarta, Indonesia.
Alue Dohong menegaskan pemerintah Indonesia, secara regional dan global, telah melakukan upaya besar untuk menjawab tantangan dalam melestarikan satwa liar di bumi.
Konservasi satwa liar mengacu pada praktik dalam melakukan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sesuai prinsip World Conservation Strategy terhadap spesies liar dan habitatnya.
Dengan meningkatnya risiko kepunahan spesies secara global dan dalam konteks konservasi satwa liar, menurut Alue Dohong, perlu diambil langkah-langkah untuk membalikkan status terancam suatu spesies dan memperbaiki habitat untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya spesies (reverse the red).
Baca Juga: KLHK Gandeng Humas Seluruh Kementerian dan Lembaga Bumikan "Indonesia’s FOLU Net Sink 2030"
Alue Dohong menjelaskan sedikitnya terdapat 5 implementasi semangat Reverse the Red yang telah dilakukan Indonesia dalam konservasi spesies yaitu pertama, selama pandemi COVID 19, Indonesia telah melepasliarkan 335.047 individu satwa liar dari banyak taksa ke habitat aslinya sebagai upaya untuk meningkatkan populasi dan variasi genetik di alam.
Kedua, melakukan penangkaran ex-situ jalak bali (Leucopsar rothschildi) dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan stakeholder terkait, serta melakukan pelepasliaran (reintroduksi) secara masif ke alam, sehingga populasi jalak bali di alam meningkat dari 15 pada tahun 2000 menjadi 452 pada tahun 2022 di Taman Nasional Bali Barat.
Ketiga, keberhasilan penangkaran badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) secara in situ di Suaka Badak Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas yang didirikan pada tahun 1998, dan telah menghasilkan 3 ekor anak badak. Melalui program ini, direncanakan setiap tahun akan lahir badak sumatera baru.
Selanjutnya, menurut Alue Dohong, melakukan teknologi inseminasi buatan pada populasi satwa liar dengan memasukkan sperma dari jantan ke dalam saluran reproduksi betina dengan bantuan manusia untuk menghindari depresi genetik dari populasi yang terfragmentasi/populasi kecil seperti Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran dan Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas.
Baca Juga: KLHK bekerja sama dengan Mowilex Tanam 10.000 Bibit Mangrove di Belitung
Terakhir, pemantauan satwa liar menggunakan teknologi GPS Collar terhadap satwa langka gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dalam upaya mencegah adanya konflik dengan manusia, harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang dilepasliarkan ke alam bebas dan pemasangan radio telemetri pada Orangutan (Pongo pygmaeus dan Pongo abelii) untuk monitoring pascapelepasliaran di alam.
"Kami berharap kegiatan yang kami laksanakan ini menjadi wujud tanggung jawab kami dalam menjaga kelestarian hutan, konservasi dan bermanfaat bagi masyarakat. Bersama-sama, kita dapat memainkan kontribusi yang lebih berdampak untuk memastikan keberlanjutan spesies dan konservasi ekosistem. Dan kita harus siap memberikan dukungan penuh untuk memajukan tujuan ini," pungkas Alue Dohong, dalam sambutannya saat membuka acara International Conference on Wildlife Conservation, di Jakarta, Selasa(13/9/2022).
Dikutip dalam keterangan rilis, Rabu (14/9/2022), konferensi ini bertujuan untuk menunjukkan penerapan praktik terbaik seperti upaya dan inisiatif konservasi terpadu baru, mulai dari perencanaan dan kebijakannya, hingga menjadi aksi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal. Acara ini juga menyoroti cara memulihkan populasi spesies yang terancam punah dan manfaat teknologi untuk mendukung konservasi satwa liar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: