Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dihujat Usai Sebut Polisi Lempar Gas Air Mata Sesuai Aturan, Ade Armando: Doa Saya Bersama 125 Orang yang Tewas

        Dihujat Usai Sebut Polisi Lempar Gas Air Mata Sesuai Aturan, Ade Armando: Doa Saya Bersama 125 Orang yang Tewas Kredit Foto: Antara/Zabur Karuru
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pernyataan pegiat media sosial, Ade Armando, terkait tragedi Kanjuruhan viral dan menjadi sorotan warganet. 

        Pasalnya, dosen Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan bahwa peristiwa yang menewaskan 125 orang tersebut disebabkan oleh tindakan dari suporter Arema FC.

        Usai viral, Ade kembali membuat video klarifikasi melalui Cokro TV, Rabu (05/10/22). Ia mengatakan doanya senantiasa kepada para korban. 

        Baca Juga: Singgung Tragedi Kanjuruhan dengan Sebut Ulah 'Suporter Arema yang Sok Jagoan', Ade Armando Viral

        “Doa saya bersama dengan 125 korban yang tewas. Mereka adalah orang-orang memilih tertib berada di tempat duduk setelah pertandingan berakhir,” kata Ade.

        “Mereka mungkin juga kecewa dan sedih dengan kekalahan Arema tapi mereka tidak meluapkan kemarahan dan menyerang lapangan. Dan merekalah yang menjadi korban,” tambah Ade.

        Dalam video klarifikasinya, ia menyatakan tidak pernah menyalahkan keseluruhan suporter Arema sebagai penyebab tragedi pada malam itu.

        Baca Juga: Suporter Arema Sok Jagoan dan Langgar Peraturan Seperti Preman, Ade Armando Sebut Ini Pemicu Tragedi

        “Ada 42.000 suporter Arema hanya sekitar 3000 yang katanya menyerbu ke lapangan,buat saya pangkal masalah ada pada 3000 orang yang melanggar hukum dengan masuk ke dalam lapangan,” kata dia.

        “Itu artinya hanya sebagian sangat kecil. Saya merasa gara-gara kelakuan sebagian kecil suporter tersebutlah ada 125 orang Aremania yang tewas,” tambahnya.

        Dalam pandangan dia, masyarakat harus berani melacak ke sumber permasalahan, pangkal masalahnya seperti dia katakan ada pada perilaku sebagian suporter yang meluapkan kemarahannya.

        Menurutnya, ini bukan pertama kali terjadi di sepak bola Indonesia, akhir-akhir ini pada 15 September lalu juga terjadi kerusuhan. Seusai Persebaya dikalahkan Trans Nusantara 1-2 di Gelora Delta Sidoarjo. Suporter ketika itu masuk ke lapangan merusak dan membakar fasilitas. 

        Kemudian pada 22 September, suporter PSPS Riau mengamuk gara-gara dikalahkan PSMS Medan. Mereka merusak fasilitas dan membakar bangku Stadion.

        “Padahal itu bukan pertandingan sesengit Arema versus Persebaya. Di kedua kejadian Itu polisi seperti pasrah menghadapi para suporter itu,” jelasnya.

        Baca Juga: Personel TNI Terekam Tendang Aremania dalam Tragedi Kanjuruhan, Mahud MD Langsung Beri Arahan Andika Perkasa

        Menurut dia, bisa dipahami kalau polisi kali ini akhirnya menggunakan gas air mata. Penggunaan gas air mata adalah sebuah prosedur yang wajar dilakukan polisi. Tapi itu tidak dilakukan sembarangan. 

        “Saya mengakui gas air mata itu akhirnya membuat panik banyak suporter yang sebenarnya tidak terlibat dalam penyerbuan ke lapangan. Tapi saya tidak melihat itu dilakukan oleh Polisi sebagai cara represif mereka apalagi melanggar HAM,” ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: