Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perlukah Perusahaan Farmasi dan Bioteknologi Melakukan Strategi Merger dan Akuisisi di Era Pandemi?

        Perlukah Perusahaan Farmasi dan Bioteknologi Melakukan Strategi Merger dan Akuisisi di Era Pandemi? Kredit Foto: Pexels/Anna Shvets
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 menyadarkan semua pihak bahwa ketersediaan obat, termasuk yang berbasis bioteknologi sangat penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Startegi merger menjadi salah satu pilihan perusahaan farmasi dunia untuk menghadapi tantangan kesehatan. 

        Hal tersebut disampaikan pakar farmasi Dr Raymond Tjandrawinata dalam buku terbarunya yang berjudul “Strategi Merger dan Akuisisi, Pada Perusahaan Farmasi Besar dan Bioteknologi” seperti dikutip Rabu (5/10/2022). 

        Raymond mengatakan pentingnya ketersediaan produk farmasi baik pada saat terjadi pandemi maupun tidak, rupanya mendorong perusahaan-perusahaan farmasi kelas dunia untuk menyikapi ya dengan manajemen modern. 

        Perusahaan farmasi dan bioteknologi kelas dunia, melakukan pratik merger dan akusisi yang diprediksi semakin mencuat terutama pada saat pasca pandemi Covid-19.

        Baca Juga: Redam Impor, Kimia Farma Nyatakan Kesiapan untuk Penuhi Kebutuhan Bahan Baku Farmasi Nasional

        Ia menceritakan pengalaman saat bekerja pada salah satu perusahaan perusahaan farmasi terkemuka, SmithKline Beecham Pharmaceuticals (SB) di South San Fransisco, CA. Pada tahun 1998-2000, SB mempersiapkan diri untuk bergabung atau merger dengan perusahaan dunia lainnya, Glaxo Welcome (GW), sehingga akhirnya bergabung menjadi GlaxoSmithKline (GSK) dengan valuasi gabungan saat itu sebesar US$180 juta. 

        “Hasil dari penggabungan itu tentunya sudah termasuk dalam literatur klasik manajemen perusahaan,” ujarnya. 

        Menurut Raymond, industri menyadari dampak dan perubahan besar seperti tekanan penetapan harga dan langkah ke arah pencegahan, diagnosis dan pengobatan. Perubahan-perubahan ini mengubah tatanan yang sudah ada, dan membuka pintu bagi persaingan baru termasuk pscapandemi Covid-19.

        ”Ini memaksa perusahaan untuk memikirkan kembali di mana mereka bermain dan dengan siapa mereka bermain, membutuhkan penekanan yang semakin besar pada kolaborasi dan kemitraan,” ujarnya. 

        Secara keseluruhan ada tiga bidang bermain baru yang muncul sebagai respons terhadap gelombang kesehatan pasca Covid-19: Teknologi farmasi, genetika dan imunoterapi. 

        Baca Juga: Kemenkes Akselerasi Perkembangan Industri Farmasi dan Alkes

        Semakin banyak perusahaan farmasi dan alat kesehtaan bermitra dan berintegrasi dengan bisnis teknologi dalam upaya mengatasi penyakit dibetes yang besar dan meningkat. Sebagi contohnya adalah Sanofy dan verily, unit sains hayati dari induk Google Alphabet mengumumkn pada September 2016 bahwa mereka akan menginvestasikan sekitar US$500 juta dalam usaha patungan untuk menggabungkan perangkat, perangkat lunak dan obat-obatan. 

        Namun, kata dia, bila melihat aktifitas investasi Google Alphabet, jelaslah bahwa perawatan merupakan bagian utama dari kesepakatan ini. Sejak tahun 2020, rksasa teknologi dan dana ventura afiliasiny telah melakukan 26 kesepatan terkait kesehatan yang secara kolektif bernilai lebih dari US$1,6 miliar. 

        Aksi korporasi terkait kesehatan di mana perusahaan dan afiliasi berpartisipasi berjumlah lebih dari 100 dalam dua tahun terakhir. Hingga saat ini, Alpha dan afiliasinya telah telibat dalam 76 kesepakatn untuk perusahaan kesehatan dan bioteknologi, dengan nilai sebesar US$4 miliar. 

        Beberapa perusahaan portofolionya telah melakukan penilaian miliaran dolar, termasuk platform skrining kanker Grail, perusahaan penyunting gen Editas, serta perawatan primer One Medical. 

        Banyak contoh merger dan akuisisi dari korporasi farmasi internasional yang disajikan dalam buku ini, sehingga dapat menjadi rujukan ketika hendak melakukan akuisisi dan merger.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: