Beragam kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia sedikit banyak berdampak kepada produsen nomor dua minyak sawit di dunia, Malaysia. Bahkan, upaya Pemerintah Indonesia tersebut dianggap akan memperketat persaingan pasar minyak sawit global.
Maybank Investment Bank Bhd (Maybank IB) dalam laman InfoSAWIT mencatat, inisiatif-inisiatif yang diumumkan Indonesia baru-baru ini kemungkinan akan meningkatkan ekspor minyak sawitnya, tetapi akan berdampak pada kegiatan ekspor minyak sawit Malaysia.
Baca Juga: Urgensi Diplomasi dan Promosi Minyak Sawit oleh Indonesia, Mengapa?
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia akan menaikkan persyaratan Kewajiban Pasar Domestik (DMO) menjadi 1:9 dari 1:7, dan telah berkomitmen untuk meninjau harga referensi CPO setiap dua minggu serta merevisi struktur Bea Keluar (BK).
Dalam catatan Maybank Investment, akibat harga referensi CPO Indonesia pada Agustus turun menjadi US$872,27 (RM 3,879) per ton, Bea Keluar-nya pun turun drastis menjadi US$52 per ton dari sebelumnya US$288 per ton untuk membantu meningkatkan ekspor.
"Langkah-langkah ini kemungkinan akan mendorong ekspor minyak sawit Indonesia dan akan berdampak pada ekspor minyak sawit Malaysia," demikian catat Maybank IB dalam laporannya, dilansir dari InfoSAWIT.
Sementara itu, secara terpisah, CGS-CIMB memproyeksikan stok minyak sawit di Malaysia akan meningkat 13,5 persen menjadi 2 juta ton pada akhir Agustus 2022. Hal ini lantaran meningkatnya ekspor minyak sawit dari Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: