Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dendam Kesumat HTI dan Pendukung Anies, Guntur Romli: Jokowi Diserang, Difitnah, dan Dibunuh Karakternya!

        Dendam Kesumat HTI dan Pendukung Anies, Guntur Romli: Jokowi Diserang, Difitnah, dan Dibunuh Karakternya! Kredit Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dua kali menjadi walikota, satu kali menjadi gubernur, dan dua kali menjadi presiden ttak menjamin Jokowi terhindar dari tuduhan ijazah palsu. Hal tersebut diutarakan Mohamad Guntur Romli, aktivis Jaringan Islam Liberal dan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam tayangan Cokro TV di YouTube, dikutip pada Rabu (12/10/2022).

        Ia melanjutkan, fitnah ini bukan kali pertama terjadi, tapi telah dilancarkan berulang-ulang oleh gerombolan pemfitnah yang sama.

        Baca Juga: Hasto Kebakaran Jenggot, Nasdem Usung Anies: Tenang Aja Mereka Gak akan Tinggalkan Jokowi

        "Presiden Joko Widodo kembali diserang fitnah. Bukan fitnah baru. Tapi fitnah lama yang dimamah biakkan oleh gerombolan pembenci. Fitnah itu jelas tak masuk akal dan sehat terkait fitnah ijazah palsu," ujar Guntur Romli.

        Padahal, kata dia, ijazah Jokowi telah diteliti dan teruji berlapis-lapis. Hanya orang bodoh dan kelewat bodoh yang mempertanyakannya.

        Guntur Romli melihat ada faktor fitnah ini terus didaur ulang. Pertama kelompok ini punya dendam kesumat terhadap Jokowi karena Presiden Jokowi dianggap musuh yang memberangus mereka.

        Kedua, Presiden Jokowi tetap dianggap ancaman bagi masa depan mereka, meskipun Jokowi tidak lagi bisa maju di 2024. Tapi peran Jokowi dalam menentukan penggantinya akan sangat ampuh.

        "Karena itu Jokowi harus tetap diserang, difitnah, dan dibunuh karakternya," ungkapnya.

        Guntur Romli menyebut ada nama Ahmad Khozinudin yang kini menjadi pengacara penggugat alias pelancar fitnah ijazah palsu. Menurutnya, Khozinudin adalah tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan Jokowi tahun 2017.

        "HTI memang punya dendam kesumat ke Jokowi karena telah menggagalkan niat mereka membuat Indonesia sebagai negara khilafah. Sebagai HTI, Khozinudin tidak percaya Pancasila, UUD 1945 ataupun KUHP yang mereka sebut sebagai hukum thaghut," jelas Guntur.

        "Tujuan utama mereka adalah mengadu domba rakyat Indonesia, serta tidak lagi mempercayai pemimpinnya," sambungnya.

        Sementara golongan kedua, di mana Jokowi masih dianggap ancaman mereka meski tak lagi bisa maju pada 2024 adalah para pendukung Anies Baswedan yang ngebet untuk tahun 2024.

        Ia menyebut pemilik akun Twitter @doktertifa yang sangat gencar sebagai buzzer Anies Baswedan, tapi juga juga sangat gencar memfitnah Jokowi.

        Guntur menilai cuitan Dokter Tifa konyol. Mengaku belajar anatomi tapi menganalisa dua foto Presiden Jokowi yang berbeda usia. Yang satu masih muda dan berkumis. Lalu foto lagi usia saat ini dan tidak berkumis dan beda pose. Yang satunya tersenyum, satu lagi tidak.

        "Setelahnya Tifa kembali membuat fitnah dengan menunjukkan ijazah dia sendiri di UGM yang nama dia di ijazah dengan tulisan tangan yang katanya tulisan tangan yang indah. Tapi di ijazah Pak Jokowi ditulis katanya sembarangan," katanya.

        Hanya membandingkan dari tulisan nama itu, Guntur menyebut Dokter Tifa membuat kesimpulan dungu bahwa ijazah Pak Jokowi bisa dipertanyakan.

        "Bisa jadi Dokter Tifa dan gerombolannya masih menganggap Jokowi sebagai ancaman bagi Anies Baswedan yang mereka gadang-gadang untuk 2024. Karena itu mereka akan terus memfitnah dan menyerang Pak Jokowi," ungkap dia.

        Guntur menegaskan, namanya fitnah tidak perlu capek-capek mengajukan bukti. Fitnah itu didesain sebagai propaganda. Letaknya bukan pada kekuatan bukti formil tapi kekuatan opini publik dan medsos yang viral.

        Cara-cara mereka persis mengikuti Jozef Goebbels, Menteri Propaganda era Nazi Jerman, bahwa kebohongan yang diulang-ulang suatu saat akan dianggap sebagai kebenaran.

        "Dan ijazah palsu adalh fitnah yang terus diulang, seperti halnya fitnah lain bahwa Pak Jokowi keturunan PKI. Harapan busuk mereka bahwa suatu saat kebohongan itu dianggap sebagai kebenaran," tegasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: