Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tumbuh 20,28% (yoy), Neraca Perdagangan September 2022 Masih Surplus

        Tumbuh 20,28% (yoy), Neraca Perdagangan September 2022 Masih Surplus Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, ekspor Indonesia kembali menorehkan kinerja positif pada September 2022 dengan nilai mencapai U$24,80 miliar atau tumbuh 20,28% (yoy). Peningkatan ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan nonmigas yang masih tumbuh tinggi masing-masing 41,8% (yoy) dan 19,26% (yoy).

        Meskipun secara bulanan (month-to-month) sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai US$219,35 miliar atau meningkat sebesar US$55 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (US$164,32 miliar).

        Baca Juga: Ekspor CPO Melemah, Neraca Dagang September Masih Surplus US$ 4,99 Miliar

        "Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang makin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang, dan Korea Selatan," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, dalam rilisnya, Selasa (18/10/2022).

        Peningkatan ekspor Indonesia secara kumulatif bulan Januari-September 2022 didorong oleh ekspor migas yang masih tumbuh sangat tinggi mencapai 38,56% (ytd). Sementara itu, ekspor nonmigas juga mencatatkan pertumbuhan yang mencapai 33,21% (ytd).

        Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 91,98% (ytd), disusul sektor manufaktur yang tumbuh mencapai 22,23% (ytd) yang sejalan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang tumbuh di zona ekspansif pada bulan September, dan sektor pertanian yang tumbuh 15,38% (ytd).

        "Pertumbuhan yang konsisten di semua sektor menunjukkan pemulihan yang berimbang antara sektor migas maupun nonmigas yang disebabkan oleh faktor volume akibat peningkatan permintaan dari beberapa negara tujuan utama serta pengaruh harga komoditas," tambah Febrio.

        Sementara itu, impor Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai US$19,81 miliar dengan pertumbuhan 22,01% (yoy) meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Tumbuhnya impor antara lain didorong didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada bulan September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

        Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53% (yoy) dan impor nonmigas yang tumbuh 14,02% (yoy). Sejak Januari hingga September 2022, total impor Indonesia mencapai US$179,49 miliar. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21% (yoy) dan 41,13% (yoy).

        "Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik," imbuhnya.

        Baca Juga: Kerangka Kecukupan Modal Solusi Tepat yang Dapat Bantu Optimalkan Neraca MDB, Berikut Penjelasannya!

        Terkait dengan impor barang konsumsi, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,17% di antaranya karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari hingga September, impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52%.

        "Penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya," lanjut Febrio.

        Dengan menguatnya komponen ekspor dan impor, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan yang mencapai US$4,99 miliar sehingga secara kumulatif surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga September 2022 mencapai US$39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan pada puncak periode boom komoditas di tahun 2011 yang sebesar US$22,2 miliar.

        Capaian ini juga menandakan surplus yang telah terjadi selama 29 bulan berturut-turut. Secara kuartalan, kinerja net ekspor juga cukup baik sehingga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan PDB kuartal III 2022 dan tahun 2022 secara keseluruhan. 

        "Ke depan, Pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan memengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum, di antaranya melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju yang di antaranya terpengaruh inflasi sebagaimana tercermin dalam WEO Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti Tiongkok," katanya.

        "Selain itu, Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: