Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Musim Hujan di Negara Produsen, Harga CPO Diperkirakan Bakal Menguat Lebih Lanjut

        Musim Hujan di Negara Produsen, Harga CPO Diperkirakan Bakal Menguat Lebih Lanjut Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) diperkirakan akan menguat lebih lanjut, lantaran musim hujan di negara-negara produsen utama yang dikhawatirkan bisa membatasi produksi. Sementara permintaan meningkat untuk penggunaan dalam makanan dan bahan bakar nabati.

        Tercatat harga CPO telah meningkat sekitar seperlima bulan ini, tetapi masih diperdagangkan jauh di bawah level tertinggi dibandingkan harga CPO pada Maret 2022 lalu. Lonjakan harga diperkirakan akan menambah beban konsumen yang sudah terkena inflasi, yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina. Namun, ekspor yang lebih tinggi dan produksi yang lebih rendah akan membantu produsen minyak sawit utama Indonesia dan Malaysia menurunkan persediaan.

        Baca Juga: Harga CPO Menguat, TBS Sawit Naik Rp150 per Kilogram

        Melansir Reuters, para pedagang menyatakan pengiriman minyak sawit mentah November ke India ditawarkan dengan harga US$976 per ton tersebut sudah termasuk biaya, asuransi, dan pengiriman. Lantas pengiriman Januari ditawarkan US$1.010 per ton.

        "Tapi harga bisa bergerak di atas US$1.100 jika Indonesia memutuskan untuk mengembalikan pungutan ekspor, yang sangat mungkin terjadi," kata pihak perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai, dari laman Reuters

        Terlepas dari adanya kenaikan harga CPO sepanjang Oktober, minyak sawit diperdagangkan pada kisaran US$ 400 per ton dibawah harga minyak kedelai, yang tertinggi dalam satu dekade. Minyak kedelai mentah untuk pengiriman November di India ditetapkan pada US$1.405 per ton.

        Baca Juga: Harga CPO Melesat Dipicu Kenaikan Minyak Nabati

        "Penyebaran antara minyak sawit dan kedelai sangat besar dan tidak berkelanjutan," kata Direktur Pelaksana Gemini Edibles Dan Fats India Pvt. Ltd, Pradeep Chowdhry, dari sebuah perusahaan importir India terkemuka, dilansir Reuters.

        Lebih lanjut, kata Pradeep Chowdhry, bisa jadi permintaan beralih ke minyak sawit dari minyak nabati lainnya. Hal ini akan sangat mungkin terjadi, namun berakibat pada harga minyak sawit yang akan bergerak lebih tinggi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: