Beber Bukti, Rusia: Sudah Sejak Awal Amerika dan NATO Ikut Berkonflik di Ukraina
Bantuan militer Amerika Serikat dan NATO ke Ukraina sama saja dengan ikut berpartisipasi dalam konflik, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Selasa (25/10/2022).
Pasalnya, sejak invasi Rusia di Ukraina, negara-negara Barat memasok bantuan militer ke Kiev, dengan tujuan untuk melawan pasukan Moskow.
Baca Juga: Ukraina Ketar-ketir, Iran Diminta Kirim Lagi 2 Ribu Drone Kamikaze untuk Rusia
“Washington dan sekutu NATO-nya meningkatkan pasokan senjata mematikan ke neo-Nazi Ukraina, berbagi data intelijen dengan mereka, merekrut mereka untuk dikirim ke Ukraina. Ini membuat mereka berpartisipasi dalam konflik," kata Lavrov, dilansir Anadolu Agency, Rabu (26/10/2022).
Lavrov mengatakan, negara-negara Barat menggunakan Ukraina sebagai alat untuk menahan Rusia. Langkah ini sebagai bagian dari rencana untuk membagi Rusia dan Ukraina. Selain itu, Barat juga bekerja untuk memutuskan hubungan spiritual di kalangan gereja Ortodoks.
"Para 'insinyur' geopolitik Barat bekerja tanpa lelah untuk menghancurkan ikatan spiritual Patriarkat Moskow dan gereja-gereja Ortodoks lokal (Ukraina) persaudaraan. Untuk mendiskreditkan dan merendahkan Gereja Ortodoks Rusia, Barat meluncurkan sebuah kampanye yang tidak bermoral. Ada tuntutan bagi kepemimpinan berbagai agama untuk mengutuk tindakan Rusia,” kata Lavrov.
Lavrov mencatat, Rusia dan komunitasnya di luar negeri berada di bawah tekanan. Dia menyatakan, sanksi yang dijatuhkan oleh beberapa negara Barat terhadap Patriark Kirill dari Moskow dan seluruh Rusia adalah bagian dari tekanan.
Menurut Lavrov, upaya untuk mengisolasi Rusia akan gagal karena dunia modern adalah multipolar, bukan berorientasi Barat. Rusia berdiri untuk nilai-nilai tradisional untuk semua agama dan budaya dunia.
Rusia akan terus bekerja untuk membangun hubungan internasional berdasarkan hukum internasional dan kejujuran, kebaikan dan keadilan.
"Kami akan terus memperkuat kerja sama yang bermanfaat dengan Gereja Ortodoks Rusia dan pengakuan tradisional lainnya di negara kami, untuk mempromosikan dialog antar-peradaban, antaragama dan antarbudaya untuk kepentingan pembentukan lebih lanjut dari arsitektur polisentris tatanan dunia yang lebih adil dan demokratis," kata Lavrov.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu (23/10/2022) menyerukan agar Gereja Ortodoks Rusia tidak mengikuti manipulasi otoritas negara untuk membenarkan perang mereka di Ukraina. Macron mendesak Gereja Ortodoks Rusia untuk melawan tekanan semacam itu.
Macron menyampaikan pernyataan itu dalam pidato di sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio di Italia, atau sebuah kelompok perdamaian dan amal di seluruh dunia.
Orang nomor dua Gereja Ortodoks Rusia, Metropolitan Anthony, duduk di barisan depan bersama para pemimpin agama lain saat Macron berbicara. Dalam pidatonya, Macron fokus membahas persoalan perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Pemimpin Baru Inggris dan Italia Buka-bukaan Soal Ukraina ke Biden, Ini Kata-katanya
Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, telah memberikan dukungan antusias terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Kirill mengatakan, perlawanan Rusia ini sebagai benteng melawan Barat.
"Para pemimpin agama juga memiliki peran perlawanan ketika menghadapi kebodohan peristiwa ini," kata Macron, merujuk pada perang di Ukraina.
"Kami tahu betul bagaimana agama Ortodoks saat ini dimanipulasi oleh mereka yang berkuasa di Rusia untuk membenarkan tindakan mereka. Perlawanan diperlukan di sini," ujar Macron menambahkan.
Macron mengatakan, perlawanan berarti tidak pernah membenarkan, tidak pernah jatuh ke dalam perangkap, tidak mendukung proyek politik yang cenderung meniadakan martabat setiap individu. Reuters mendekati Metropolitan Anthony di ruang konferensi setelah pidato Macron tetapi dia menolak berkomentar.
Sikap Kirill di Ukraina juga telah menyebabkan keretakan dengan Vatikan dan memicu pemberontakan internal yang menyebabkan pemutusan hubungan beberapa Gereja Ortodoks lokal dengan Gereja Ortodoks Rusia.
Prancis telah berulang kali menekankan pentingnya menjaga saluran diplomatik Barat ke Moskow tetap terbuka sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Macron menyatakan, dia yakin ada peluang untuk perdamaian di Ukraina, bahkan ketika Rusia memperingatkan konflik tersebut bisa meningkat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto