Profesor Ekonomi Politik Minta Indonesia Belajar dari Terpilihnya Rishi Sunak Sebagai PM Inggris
Guru besar ekonomi politik IPB University mengatakan Indonesia harus menangkap pembelajaran (lesson learned) yang muncul setelah Rishi Sunak terpilih sebagai perdana menteri Inggris.
Menurut Prof Dr Didin S Damanhuri, terpilihnya orang berkulit berwarna penjadi pemimpin adalah hal yang mengejutkan dunia setelah Barack Obama.
Baca Juga: Jeli Lihat Profil Rishi Sunak, Pengamat: Amerika bakal Senang dengan Sosoknya
"Dan sekarang era kepemimpinan yang muda. Rishi Sunak adalah salah satu yang termuda. Baik Obama ataupun Sunak merupakan Man of Problem Solving," katanya dalam seminar daring yang diselenggarakan Narasi Institute.
Obama, kata Prof Didin, berhasil menjadi solusi pascakrisis 2008, sedangkan Sunak merupakan politikus dari Partai Konservatif, partai kanan yang monetaris, berlatar belakang di political economy (ekonomi politik).
Persoalannya, Liz Truss yang menjabat hanya 45 hari memiliki pendekatan lebih fiskal yang ingin memberikan subsidi energi yang harganya tinggi dan menimbulkan inflasi yang sangat tinggi lebih dari 10% sehingga muncul kalangan miskin.
"Banyak ibu-ibu yang anak-anaknya tidak bisa makan siang di sekolah-sekolah dan sebagainya akibat dampak lebih lanjut dari konflik antara Rusia dengan ukraina. Hal ini menyebabkan partai konservatif yang rasa buruh/sosialis berusaha menggagalkan Sunak yang monetaris," paparnya.
Prof Didin melanjutkan, kemiskinan tiba-tiba menjadi besar di masyarakat sehingga permasalahan turunannya seperti industri permobilan dan beberapa industri lain akibat dari Britania Exit (Brexit).
Untungnya, Uni Eropa kondisinya sedang tidak perform juga akibat perang Rusia dengan Ukraina. Jerman dan Prancis yang memimpin Uni eropa yang paling kaya dan industrial, inflasinya juga sekitar 6% lebih. Jerman mengalami guncangan sosial dan ekonomi akibat dari Rusia memboikot gas, gandum dan sebagainya walaupun tidak langsung tapi sampai juga ke Eropa.
Dunia saat ini dengan penomena pandemi Covid-19 yang juga belum selesai yang dampaknya sendiri menjadikan Amerika Serikat sebagai salah satu yang terburuk ditambah lagi dampak perang Rusia dan Ukraina menyebabkan inflasi yang tinggi sekitar 9%. Inflasi yang terjadi mendorong bank sentral menaikan suku bunga sehingga diperkirakan tahun 2023 menjadi tahun gelap bagi dunia dengan ancaman stagflasi.
"Dampak ekonomi yang terjadi akibat perang Rusia dan Ukraina yang memunculkan kekuatan baru di timur yang mengimbangi AS ditengah ekonomi AS yang sedang rapuh sehingga skenario terpilihnya Rishi Sunak menjadi Miner dalam kompleksitas geopolitik yang sebenarnya berada di pusaran perang Rusia dan Ukraina," papar profesor dari ITB University itu.
Baca Juga: 'Orang-orang Inggris Sombong Pilih Brexit, tapi Malah Dapat Rishi Sunak'
Sementara bagi Indonesia, kata Prof Didin, pilihan-pilihannya dari sisi geopolitik adalah harus ada kesiapan sebagai negara non blok dan menunjukkan posisi yang konsisten.
Indonesia dengan kondisi serba krisis dimana indeks demokrasi sedang turun, indeks korupsi sedang turun, kemudian tingkat ekonomi walaupun impresif tapi ketimpangannya pun luar biasa.
Oleh karena itu lesson learn dari terpilihnya Rishi Sunak ini bagi Indonesia menurut Prof Didin adalah Indonesia membutuhkan pemimpin muda yang tuff menghadapi berbagai keadaan dengan berbasis scientific seperti obama dalam bidang hukum, sunak di bidang ekonomi.
Indonesia sekarang selalu memainkan isu-isu yang non-scientific menghadapi pandemi, pembelahan sosial dan sebagainya, bukannya diselesaikan malah dimanfaatkan oleh elite-elite politik untuk mendapatkan gain finansial, gain ekonomi dan politik.
"Ini harus dijadikan pelajaran bahwa permasalahan-permasalahan yang ada harus dicarikan solusinya dan setia kepada rakyat dan konstitusi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: