Perusahaan tambang emas asal Banyuwangi, Jawa Timur PT Bumi Suksesindo (PT BSI) resmi menandatangani Perjanjian Jual Beli Sertifikat Energi Terbarukan dengan PT PLN (Persero).
Menurut Direktur PT BSI, Boyke Abidin, penggunaan tenaga listrik dari PLN yang akan digunakan PT BSI diproduksi oleh PLN dari pembangkit listrik bersumber energi terbarukan, yakni dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Jawa Barat.
Baca Juga: Enam Perusahaan Dukung Energi Hijau Lewat REC PLN
"Sebanyak 100 persen penggunaan listrik PT BSI untuk operasional Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, akan menggunakan energi terbarukan, yang berdasarkan perjanjian," tegas Boyke di Surabaya kemarin.
Boyke menyebutkan bahwa penggunaan energi terbarukan oleh PT BSI sejalan dengan komitmen PT Merdeka Copper Gold Tbk (MCG) selaku perusahaan induk untuk mengurangi emisi karbon. MCG menargetkan untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Lingkup 1 dan Lingkup 2 hingga 29 persen pada 2030 dan mencapai Emisi Nol Bersih pada 2050.
"Sertifikat Energi Terbarukan ini akan menurunkan emisi GRK Lingkup 2, yaitu emisi GRK secara tidak langsung, yang berasal dari pembangkit listrik. Dengan pembelian energi terbarukan ini, Grup Merdeka melalui PT BSI akan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca Lingkup 2 hingga 100 persen pada operasi Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi," ujar Boyke.
Sementara itu, Manajer PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Banyuwangi, Syaifuddin mengatakan, pihaknya menyambut baik langkah PT BSI dalam penggunaan energi terbarukan dimana memiliki tujuan dalam mengurangi emisi GRK.
"Ini merupakan langkah positif yang dilakukan PT MCG selaku perusahaan induk. Intinya, kami siap mendukung penuh MCG dan BSI dalam penggunaan listrik yang berada di kawasan itu," kata Syaifuddin.
Selain pembelian listrik, Boyke juga menjelaskan ke depan peningkatan kinerjanya di mana saat ini PT BSI telah menyiapkan proyek tambang tembaga (TB) bawah tanah yang berada tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi. Hal ini karena tambang Tujuh Bukit memiliki kandungan tembaga cukup besar dan terbesar di wilayah Indonesia.
"Total potensi sumber daya mineral yang ada di sana mencapai 1,78 miliar ton sehingga ini menjadikannya proyek berskala global," ungkap Boyke.
Baca Juga: Ekspansi ke Bisnis PLTS, Bukit Asam Manfaatkan Lahan Bekas Tambang
Hal senada juga diungkapkan Corporate Communications Affairs MCG, Tom Malik, bahwa proses pengembangan tambang tembaga bawah tanah di Tujuh Bukit diperlukan waktu 10 hingga 12 tahun dari studi, eksplorasi awal sampai akhirnya beroperasi.
"Untuk kandungan tambang bawah tanah di Tujuh Bukit diperkirakan setara dengan sisa kandungan batu hijau di Sumbawa Barat dan Freeport. Kami perkirakan masa tambang tembaga bawah tanah ini bisa sekitar 20 hingga 40 tahun," jelas Tom.
Perlu diketahui, dalam produksi emas PT BSI di tahun 2019 lalu mampu mencapai 223.042 Oz dengan jumlah penjualan US$312 juta dan profit finansial (EBITDA) US$201 juta. Selanjutnya, di tahun 2020 produksi emas BSI mengalami penurunan sekitar 157.175 Oz dengan nilai penjulan US$317 juta, dan EBITDA US$176 juta.
Di tahun 2021 anak usaha MCG ini alami kenaikan dalam produksi emas sebasar 124.730 Oz, dengan nilai penjualan US$218 juta dan EBITDA US$147 juta. Untuk tahun 2022 di semester I PT BSI mampu memproduksi sebasar 69.783 Oz dengan penjualan US$147 juta, dan EBITDA US$129 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Puri Mei Setyaningrum