Anies Minta Bukti ke Pihak yang Nuduhnya sebagai Bapak Politik Identitas, Niluh Djelantik Punya Nih: Ini Baru Satu Ya!
Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sering mendapat tuduhan sebagai Bapak Politik Identitas oleh sejumlah pihak. Di beberapa media, ia memberi komentar dan menanyakan bukti tuduhan tersebut. Hal ini pun ditanggapi oleh Mantan Kader Partai NasDem, Niluh Djelantik.
Sebelumnya, nama Niluh sempat menjadi perbincangan usai memilih hengkan dari NasDem yang mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden (capres). Alasannya, wanita asal Bali itu menyebut dirinya tak menyukai gaya Poltik identitas yang diusung Anies saat pemilihan Gubernur Jakarta beberapa tahun lalu.
Baca Juga: Bakal Dukung Anies di 2024, Jawaban PKS Nyeleneh Banget: Yang Punya Tiket Belum Deklarasi
"Kamu bertanya minta bukti. Ini jawabannya. Ini baru satu ya. Jutaan rakyat Indonesia bisa cari jejak digital Pilkada DKI 2017," tulis Niluh Djelantik di media sosialnya @NiluhDjelantik.
Dalam unggahannya itu, ia melampirkan berita tentang bagaimana jasad seorang nenek ditelantarkan warga usai memilih Ahok, yang kala itu menjadi lawan Anies di Pilkada DKI 2017.
Baca Juga: Framing Politik Identitas PSI Terhadap Anies Berpotensi Menghilangkan Suara Ganjar
Atas hal itu, Niluh memberi komentar keras. Ia bahkan bertanya balik dan meminta bukti ke Anies Baswedan jika dirinya bukan bapak politik identitas.
"Izin bertanya balik. Mana buktinya bahwa kamu bukan bapak politik identitas?. Mana buktinya kamu bukan seperti julukan yang disematkan padamu?," tanya Niluh Djelantik.
Dia juga meminta Anies Baswedan mengecek jejak digital selama Pilkada tahun 2017 silam. Niluh Djelantik juga mencoba mengingatkan kembali beberapa tahun silam. Saat itu dirinya dijuluki sebagai pendukung penista agama karena mendukung Ahok.
Yang lebih parah, sejumlah hujatan bersifat kasar dilontarkan ke Niluh Djelantik. Bahkan saat itu, ada pihak tak bertanggung jawab yang menyebarkan kontak Niluh Djelantik di situs kencan. Meski begitu, Niluh Djelantik mengaku memberi maaf.
"Kami memaafkan. Tapi kami tak akan pernah melupakan peristiwa yang membuat kami terpecah-belah oleh SARA. Aku ada disitu turut memperjuangkan anak bangsa yang mewakili integritas dan prinsip hidup yang kami punya. Dia representasi bahwa siapapun kamu, sukumu, keyakinanmu, kalau kamu tulus mengabdi untuk rakyat termarjinalkan, maka kamu berhak jadi pelayan kami. Yang jelas pelayan rakyat itu bukanlah kamu," tegas Niluh Djelantik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas