Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan e-Conomy SEA 2022 Tunjukkan Proyeksi Luar Biasa Ekonomi Digital Indonesia

        Laporan e-Conomy SEA 2022 Tunjukkan Proyeksi Luar Biasa Ekonomi Digital Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Jakob Owens
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sebuah Laporan e-Conomy SEA hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company tahun 2022 mencatat bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai GMV (Gross Merchandise Value) senilai US$77 miliar pada tahun 2022 setelah bertumbuh sebesar 22% selama setahun terakhir ini.

        Sementara itu pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$130 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 19%, dan pada 2030 nilai ini diproyeksikan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat mencapai kisaran nilai US$220 sampai US$360 miliar.

        Pertumbuhan dan proyeksi ekonomi digital indonesia yang begitu potensial dan cukup signifikan ini tidak lepas dari dorongan sektor e-commerce yang menyumbang peran besar dengan proyeksi nilainya akan mencapai US$59 miliar di tahun 2022, di mana sektor ini telah menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital, dan pada tahun 2025, sektor e-commerce Indonesia diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 17% dan nilai GMV mencapai US$95 miliar.

        Baca Juga: Hati-Hati! Kini Spyware Sandstrike Baru Incar Pengguna Android Lewat Aplikasi VPN Jebakan

        "Indonesia memiliki sektor e-commerce dengan pertumbuhan tercepat kedua (setelah Vietnam) tetapi selain GMV ada banyak dimensi pertumbuhan yang kini juga harus difokuskan," tutur Randy Jusuf selaku Managing Director Google Indonesia seperti dikutip dalam sebuah keterangan media pada Selasa (8/11/2022).

        Randy menyampaikan, untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek, bisnis kini lebih berfokus mencapai profitabilitas dengan memangkas biaya dan mengoptimalkan operasi. Begitupun mayoritas pemain digital mengalihkan prioritasnya dari akuisisi pelanggan baru ke menciptakan engagement yang lebih dalam dengan pelanggan yang sudah ada.

        Kemudian melihat pada penggunaan teknologi digital saat ini, Randy menjelaskan bahwa pertumbuhan penggunaan teknologi digital kini berangsur normal setelah bertahun-tahun mengalami akselerasi, di mana kini kalangan mampu dan kaum muda yang melek teknologi di perkotaan telah menjadi pengguna terbesar layanan digital.

        Selain e-commerce, beberapa sektor layanan digital lainnya juga menyumbang porsi yang cukup besar dalam mendukung ekonomi digital nasional, terutama karena tingkat penggunaannya yang hampir merata di kalangan pengguna digital di daerah perkotaan. Beberapa sektor tersebut antara lain:

        Sektor transportasi dan pesan antar makananĀ yang diproyeksikan akan mencapai GMV US$8 miliar pada 2022 dan terus tumbuh dengan CAGR 22% menjadi GMV US$15 miliar hingga tahun 2025. Dalam sektor ini, pertumbuhan permintaan berangsur normal karena adanya perubahan kebiasaan masyarakat untuk kembali ke restoan di mana kini kebijakan beraktivitas di luar telah kembali naik. Di mana dalam hal ini, bangkitnya kegiatan aktivitas di luar telah membangkitkan sektor pariwisata yang kemudian mendorong sektor transportasu untuk pulih kembali.

        Sektor perjalanan online yang juga kembali bangkit dengan pertumbuhan 60% YoY diproyeksikan mencapai nilai US$3 miliar di tahun 2022 dengan proses pemulihan yang mungkin terjadi secara bertahap dan sektor ini pun diproyeksikan akan tummbuh pada CAGR 45% dengan GMV mencapai US$10 miliar pada tahun 2025.

        Sektor media onlineĀ diproyeksikan mencapai GMV US$6 miliar pada 2022 dengan pertumbuhan YoY agak datar sebesar 5% sejak puncak pandemi tahun lalu. Dalam hal ini, layanan streaming musik dan video berangsur pulih, iklan digital juga berhasil mempertahankan momentumnya, dan konsumsi di sektor game online mengalami penurunan seiring masyarakat kembali ke aktivitas pra-pandemi.

        Selanjutnya sektor teratas terakhir adalah sektor layanan keuangan digital yang tumbuh karena adanya pergeseran perilaku offline-ke-online pasca pandemi. Pada tahun 2022 sektor ini di Indonesia diproyeksikan memiliki GTV (Gross Total Value) pembayaran digital mencapai nilai US$266 miliar dan terus tumbuh sebesar 17% mencapai GTV US$421 miliar pada tahun 2025.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: