Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Beli Gas Rusia, Turki Pakai Mata Uang Rubel, Siap-siap Bye-bye Dolar?

        Beli Gas Rusia, Turki Pakai Mata Uang Rubel, Siap-siap Bye-bye Dolar? Kredit Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Mata uang rubel Rusia telah dipakai Turki untuk membayar pembelian sebagian gas alam yang diimpor dari negara itu. 

        Dalam sebuah wawancara dengan TRT Haber pada Selasa (8/11/2022), Menteri Energi Turki Fatih Donmez mengatakan, dalam beberapa bulan mendatang pembayaran perdagangan energi dengan mata uang lokal dengan Rusia akan meningkat.

        Baca Juga: 'Ada Instruksi Joe Biden Meminta Bank-bank Amerika Bekerja dengan Rusia'

        Kremlin menyerukan kepada negara yang membeli enegi dari Rusia untuk membayar dalam mata uang rubel. Sebelumnya sebagian besar transaksi energi internasional dilakukan dalam mata uang dolar AS atau euro.

        Turki juga mencoba untuk meningkatkan perdagangan menggunakan mata uang lira. Ankara dan Moskow pada September sepakat untuk memulai pembayaran impor pasokan gas alam dengan rubel.

        Ketika ditanya tentang proposal Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadika Turki sebagai pusat gas alam, Donmez mengatakan, Ankara akan menyusun peta jalan pada akhir tahun ini. Turki juga akan mengadakan konferensi untuk pemasok dan pembeli.

        “Kita bisa mengadakan konferensi gas internasional, mungkin pada Januari atau Februari, untuk mempertemukan pemasok gas dan negara-negara importir untuk mengambil pendapat mereka, kami akan melanjutkan sesuai dengan kesepakatan itu,” kata Donmez.

        Bulan lalu, Putin mengusulkan Turki sebagai basis pasokan gas sebagai rute alternatif setelah jaringan pipa Nord Stream di bawah Laut Baltik rusak akibat ledakan. Presiden Turki Tayyip Erdogan setuju dengan gagasan itu.

        Uni Eropa berusaha untuk melepaskan ketergantungan energi Rusia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari sanksi akivat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari. Uni Eropa sebelumnya mengandalkan pasokan gas sekitar 40 persen dari Rusia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: