Sebelumnya, deklarasi Koalisi Perubahan yang digagas NasDem-Demokrat-PKS pada 10 November 2022 gagal terealisasi. Deklarasi tersebut menurut petinggi NasDem kemungkinan bakal mundur hingga akhir tahun.
Pemunduran itu ditengarai karena PKS masih harus menggelar rapat majelis syuro. Sementara Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru pulang ke Indonesia pada 10 November.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebutkan bahwa mundurnya deklarasi terkait dengan belum ada kesepakatan bandar.
Fahri menyebutkan untuk memenuhi Presidential Threshold 20 persen, partai bisa bergabung untuk membangun koalisi. Namun keputusan itu tergantung dengan sosok bandar.
"Ya ini maksudnya pembelian tiket itu pengumpulan tiket 20 persen itu bukan kerja Parpol, ini kerja bandar, parpol enggak sanggup, Anies Baswedan enggak sanggup," ungkap Fahri Hamzah dalam perbincangan di Adu Perspektif.
"Ini deklarasi tanggal 10 November sudah gagal bos, gara-gara bandar belum sepakat, duit belum terkumpul, 20 persen belum terkumpul ya gagal," imbuhnya.
Pihak PKS langsung menegaskan membantah keberadaan bandar besar yang ingin menguasai koalisi perubahan.
Sama dengan PKS, Demokrat lewat juru bicaranya Herzaky Mahendra menyampaikan dengan tegas tak ada sesosok bandar dalam Koalisi Perubahan.
“Nggak ada urusan dengan bandar. Kan kami bertiga (NasDem, Demokrat, dan PKS) sejajar dan setara,” ungkap Herzaky.
Herzaky membeberkan deklarasi pengusungan Anies Baswedan sedang dipersiapkan. Publik diminta bersabar sambil terus menerus memantau berita soal perkembangan Koalisi Perubahan.
Namun berbeda dengan PKS dan Demokrat, Ketua Umum Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh menanggapinya dengan santai. Paloh mengaku ikut berharap dengan adanya bandar besar dan ingin tahu siapa sosok bandar yang disebutkan.
“Kita pun juga kepingin (ada bandar). Coba sebutkan kita kepingin, katakan kita kepingin,” ujarnya, pada Minggu (13/11/2022).
Menurutnya, si bandar harus mau dekat dan bersimpati dengan Partai Nasdem, sehingga partainya itu akan menghormati bandar tersebut.
“Ini kan pemodal besar nggak ada, pemodal kecil nggak ada,” keluhnya.
Meskipun demikian, Surya Paloh tetap waspada apabila nantinya ternyata si bandar justru malah akan mengacaukan koalisinya dengan Demokrat dengan PKS.
"Heh ini kan segala kemungkinan bisa terjadi. Kalau kita bilang iya, salah. Kita bilang tidak, juga salah. Jadi kita harus waspada. Bahasa Jawa-nya eling dan wospodo,” tutur mantan politisi Golkar itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty