Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemerintah Perlu Memfokuskan Rencana Transisi Energi

        Pemerintah Perlu Memfokuskan Rencana Transisi Energi Kredit Foto: Sekretariat presiden
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan pemerintah perlu memfokuskan kembali rencana transisi energi nasional dan memastikan solusi. 

        "Kita harus hati-hati dengan false solutions, yang sepertinya menjanjikan tapi tidak besar dampaknya seperti biodiessel, nuklir atau gasifikasi, karena itu fokusnya lebih mengurangi impor dibandingkan real energy transition. Jadi ini harus ditunggu seperti apa langkah Indonesia," ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (17/11/2022). 

        Berly mengatakan, komitmen Indonesia dalam transisi energi masih tertinggal dibandingkan negara-negara G20 lainnya. Hal tersebut terlihat dari kecepatan transisi ke energi baru terbarukan (EBT) Indonesia pada kurun 2017-2021 berada di posisi paling buncit di antara negara lainnya.

        Baca Juga: Menteri ESDM Beberkan Potensi EBT di Indonesia

        "Jadi karena ada peningkatan bauran batu bara dalam energi nasional, kita malah decline (kecepatannya) jadi 0,1 persen. Kita berada di paling bawah," ujarnya.

        Lanjutnya, dari sisi karbon emisi, Indonesia juga berada di posisi cukup besar dengan kontribusi sebesar 4 persen dari total emisi G20 selama periode 2015-2020, di mana jika dilihat dari keseluruhan negara G20 menyumbang 72 persen dari total emisi global.

        "Dari 20 negara, Indonesia emisinya paling besar nomor 5. Kemudian juga yang pertumbuhannya paling tingi. Indonesia tumbuh 10 persen secara tahunan emisinya. Nah ini kita harus segera turunkan," ungkapnya.

        Kemudian, jika dilihat dari sisi bauran EBT dalam sistem kelistrikan nasional per 2021, Indonesia juga masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara G20 lainnya. Kapasitas EBT Indonesia tercatat 11.157 Megawatt (MW) dan berada di posisi ke-17 atau ketiga terbawah di G20.

        "Kita melihat kapasitasnya nomor 17 Indonesia. (Posisi) Kita bottom three, hanya di bawah Saudi dan South Africa, berarti ini jadi tantangan, dalam beberapa tahun ke depan tidak lagi jadi bottom three dalam renewable energy," tutupnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: