Politisi Ini Sebut Anies Baswedan dan AHY ‘Serasi’ Karena Sama-sama Ganteng: Gampang Menjual Lah!
Politikus senior Zulfan Lindan menyebutkan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Anies Baswedan memiliki kesamaan. Yaitu keduanya cukup tampan.
Zulfan kemudian menyebut ini adalah salah satu modal yang cukup menjual dalam Pilpres 2024 mendatang.
"Nah ini kan kalau Anies dan AHY jadi presiden, dua-duanya kan ganteng nih, gampang menjualnya, kira-kira begitu ya," kata Zulfan.
Seperti diketahui, AHY memang menjadi sosok yang sering kali digadang-gadangkan menjadi cawapres dampingi Anies Baswedan.
Terlebih lagi, Partai Demokrat bersama PKS digadangkan akan membentuk koalisi bersama NasDem untuk mendukung Anies.
"PKS mengajukan tiga cawapres, Demokrat AHY kan tinggal di sini aja saya kira kalau kita bicara realistik survei, AHY popularitasnya tinggi," ungkap Zulfan Lindan di Kanal Refly Harun.
"Dia [AHY] rajin keliling ke seluruh Indonesia, dan jangan lupa juga saya ingat riset Pak Hari Ali, Riset Pak Hari Ali menyatakan rata-rata orang Jawa itu paling senang presiden yang ganteng," imbuhnya.
Sebelumnya, pihak NasDem menyebutkan bahwa pihaknya bersama Anies memang tak ingin berburu-buru memilih cawapres.
Baca Juga: Langsung Bertemu Surya Paloh Setelah Safari Politik, Anies Baswedan Ungkap Sedang Menyusun Sesuatu
Meski sudah ada pertimbangan dimana PKS dan Demokrat yang diduga bakal membentuk koalisi bersama NasDem sudah mengajukan calon pendamping Anies masing-masing.
"Lihat siapa yang akan jadi kompetitif, itu juga jadi pertimbangan, tapi kami hormati tawaran PKS Aher dan Demokrat Mas AHY dan kami terus diskusikan ke Pak Anies," ujar Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya.
Soal memilih cawapres, Willy menyebutkan bahwa rupawan atau ganteng seorang sosok bakal dikalahkan oleh mereka yang membuat nyaman capres mereka.
"Taarufnya (terkait koalisi) sudah selesai, tinggal menentukan hari bulan baik, progres. Orang boleh punya face, ganteng rupawan, tapi kenyamanan kalahkan itu semua," kata Willy.
"Artinya komplimentari tidak kawin paksa, kemistri kebangun, rasionalitas pengusungan tentu cenderung posisi menang. Itu juga buka komunikasi dengan banyak pihak, banyak tokoh figur," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty