Respons ‘Feeling’ Jusuf Kalla yang Sebut Sekarang Jokowi Sudah Berubah, Refly Harun: Presiden Memang Butuh Evaluasi!
Muhammad Jusuf Kalla alias JK dalam wawancaranya bersama pengamat politik sekaligus akademisi menyebut bahwa ia merasa ada perubahan dengan diri Presiden Joko Widodo (Jokowi), jika dibandingkan dengan pertama kali bertemu.
JK mengaku bertemu dengan orang nomor satu di tanah air tersebut saat Jokowi sendiri masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Bahkan bukan dalam sebuah acara bergengsi ataupun semacamnya, dirinya mengatakan bertemu dengan beliau dalam sebuah seminar.
"Saya ketemu di satu seminar di PDIP di Semarang, saya Pak Bibit, dan Pak Jokowi," ungkap Jusuf Kalla dalam perbincangannya bersama Rocky Gerung di RGTV.
"Eh Pak Wali, gimana kalau ke Jakarta," ajak Jusuf Kalla ke Jokowi.
Mulanya Jokowi menolak karena dia sendiri tidak mewakili partai. Megawati juga awalnya tak mengizinkan Jokowi dibawa ke Jakarta.
Menurut Jusuf Kalla, dia sendiri mengaku memiliki feeling tersendiri saat melihat Jokowi.
"Saya punya feeling kesederhanaan dia, dikasih kan slide [presentasi] Kota Solo, saya lihat dia punya pengalaman mengelola Kota," kaya Jusuf Kalla.
"Tapi keadaannya saat ini, dilihat kok agak beda," imbuhnya.
Menanggapi curahan hati JK tersebut, pakar hukum tata negara Refly Harun mengatakan bahwa apa yang dikatakan JK adalah tanda bahwa Presiden Jokowi butuh evaluasi.
“Karena awal-awal kan kita berharap bahwa dengan kesederhanaannya, dengan
genuitasnya, Presiden Jokowi akan menghadirkan sebuah pemerintahan yang lebih pro rakyat,” kata Refly melalui youtube channelnya, Senin (28/11/22)..
“Apalagi dia kemudian mengusung tema Trisakti yang merupakan peninggalan Bung Karno,” tambahnya.
Menurut Refly, tema ini menekankan pada berdaulat dalam bidang politik, kemudian dikali dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berkebudayaan.
“Sekarang pertanyaannya adalah apakah dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi itu sudah mengarah ke sana atau tidak? Bisa jadi justru sebaliknya barangkali, kok mengarahnya kepada different direction?” tanyanya.
Refly mengkritik bahwa jika dilihat selama masa kepemimpinan Jokowi, secara ekonomi Indonesia dinilai tidak lebih mandiri, karena bergantung sangat pada pinjaman asing terutama Cina.
“Secara politik seolah-olah kita tidak berdaulat ya, terus-menerus tenaga asing masuk ke Indonesia dan seolah-olah Indonesia tidak punya power atau bargaining positions,” kata dia.
“Termasuk juga dalam peta geopolitik dunia persaingan antara timur dan barat antara barat dan China. Seolah-olah kita menjadi yang namanya medan pertempuran walaupun ini pertempuran ideologi bukan pertempuran fisik ya,” tambah dia.
Ia juga menyinggung janji-janji presiden di awal masa terpilih, namun banyak yang tidak terealisasi seiring berjalannya waktu.
“Mungkin menjanjikan ya dalam konteks tahun tersebut tetapi setelah tahun berjalan maka kemudian dia menjadi orang yang harus dinilai dan dievaluasi,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty