Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rocky Gerung Pedas Bilang Gibran Jadi Wali Kota Solo karena Kesalahan Megawati: Munculnya Anies Jadi Bukti Kegagalan Kaderisasi Partai

        Rocky Gerung Pedas Bilang Gibran Jadi Wali Kota Solo karena Kesalahan Megawati: Munculnya Anies Jadi Bukti Kegagalan Kaderisasi Partai Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rocky Gerung memang dikenal dengan statemennya yang nyelekit dan cadas.

        Dia menilai bahwa munculnya Gibran Rakabuming Raka sebagai wali kota Solo adalah bentuk feodalisme dan kesalahan Megawati Soekarnoputri. Sebab, ini menunjukkan bahwa partai gagal melakukan kaderisasi.

        Di samping itu munculnya Gibran juga menyingkirkan kader potensial yang ada di wilayah Solo, Jawa Tengah. Di sisi lain ada "kesan" Gibran dipaksakan padahal belum menjadi kader partai saat itu.

        Baca Juga: Jelang Lengser, Ternyata Presiden Jokowi Diam-diam Telah Bangun Dinasti Politik: Gibran dan Bobby Contoh Nyata

        "Gibran itu bukan anggota partai. Dia harusnya masuk partai dulu dan merasakan pasang surut partai, baru boleh jadi tokoh atau kader dalam pengertian PDIP," kata Rocky Gerung dalam kanal youtubenya saat bincang-bincang santai dengan Hersubeno Arief, wartawan senior seperti dikutip denpasar.suara.com, Minggu (4/12/2022).

        Di sisi lain Megawati juga tidak menghalangi majunya Gibran lewat PDI Perjuangan saat itu.

        Selain itu juga dia menyoroti fenomena munculnya Anies Baswedan dalam bursa calon presiden pada pemilu 2024. Ini juga menambah panjang daftar kegagalan partai politik dalam kaderisasi.

        Sebab, Anies Baswedan yang juga mantan gubernur DKI Jakarta itu bukan orang partai politik. Melainkan seorang akademisi yang kini dicalonkan oleh Nasdem.

        "Jadi sebenarnya partai politik ditawan karena tidak ketersediaan kader sehingga harus outsource (mencari di luar)," terangnya.

        Kegagalan partai politik dalam melakukan kaderisasi tentu akan menimbulkan rasa pragmatis banyak pihak.

        Di mana, partai politik hanya dinilai sebatas tiket semata untuk melenggangkan niat politik. Jadi, beberapa pemikiran malah menyebut parpol hanya akan mengusung sosok yang memiliki banyak uang atau membawa uang semata.

        "Orang masuk partai politik hanya untuk menambah biografinya," tukasnya dampak dari minimnya pendidikan politik di Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: