Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Beradaptasi dengan Tren Online, Penjual Jamu Didorong Manfaatkan Digitalisasi

        Beradaptasi dengan Tren Online, Penjual Jamu Didorong Manfaatkan Digitalisasi Kredit Foto: Unsplash/Thomas Lefebvre
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tim dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pengajaran kepada kelompok usaha jamu berskala kecil di wilayah Sidodadi, Lawang, Kabupaten Malang terkait pemanfaatan digitalisasi.

        Kegiatan ini merupakan bagian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Ketua kelompok Wildan Suharso mengatakan aktivitas tersebut dengan pengabdian digitalisasi penjualan jamu instan berbasis media sosial dan website.

        Para dosen memberikan pelatihan dan pengarahan agar penjualan jamu bisa meluas melalui media sosial, website maupun alat digital lain.

        “Pada awalnya, kami mengunjungi dan melakukan observasi awal. Setelah mendapatkan data yang cukup, kami kemudian melaksanakan pelatihan produksi dan pengemasan, branding bahkan juga pembangunan website bagi kelompok jamu. Kami juga mengajari para penjual bagaimana memaksimalkan website dan media sosial untuk bisnis mereka,” tuturnya.

        Di sisi lain, ketua kelompok usaha jamu D’lima Titik Wahyuno menilai bahwa kegiatan tersebut sangat membantunya dan anggotanya. Mereka bersyukur bisa mendapatkan skill-skill baru untuk meningkatkan pendapatan. Kualitas produksi dan jumlah penjual juga dirasa meningkat berkat pelatihan yang dilakukan UMM.

        “Saya rasa, program seperti ini dibutuhkan oleh banyak pihak. Bukan hanya oleh produsen dan penjaul jamu saja, tapi juga bisa menyasar sektor-sektor lain agar pendapatan dan ekonominya juga makin meningkat. Terimasih kami sampaikan kepada tim UMM yang sudah bersusah payah dan membagi ilmunya kepada kami,” tambahnya.

        Adapapun kelompok usaha jamu instan tersebut diberi nama D’lima karena awalnya hanya lima orang yang bergabung saat pertama kali ada. Meski beberapa kali mengalami perubahan nama, namun Titik Wahyuni tetap dipercaya untuk menjadi ketua kelompok. Hal itu tidak lepas dari semangatnya untuk memproduksi jamu dan tetap mengurus kelompok usaha jamu

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Boyke P. Siregar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: