Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Tech Winter?

        Apa Itu Tech Winter? Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tech winter adalah kondisi di mana penurunan minat dan investasi dalam teknologi. Kemajuan teknologi dan investasi di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan tampaknya memasuki babak tech winter atau musim dingin teknologi.

        Proses siklus kemajuan teknologi telah didorong oleh periode investasi dan antusiasme berlebihan di mana teknologi tertentu akan memicu lompatan ke depan dalam berbagai industri. Ketika prediksi tersebut gagal, periode akan memasuki musim dingin.

        Tidak ada yang namanya jaminan pengembalian bagi investor dalam putaran apa pun. Tidak seperti gelembung dotcom, penurunan akibat dari tech winter mungkin berdampak pada modal swasta tetapi tidak pada modal publik.

        Baca Juga: Apa Itu Brand Value?

        Dalam gelembung dotcom, masyarakat umum bergegas membeli saham teknologi hanya untuk kemudian melihat mereka jatuh dan terbakar. Masyarakat kehilangan uang. Tetapi pada periode ini sepertinya tidak demikian.

        Secara ekonomi makro dan secara psikologis, penurunan yang akan datang ini akan berdampak langsung pada perusahaan ventura tahap selanjutnya dan individu kaya swasta yang membeli saham unicorn dengan harga tinggi.

        Jika perusahaan paling berharga di bidang teknologi dirugikan, kerugian tersebut akan memicu lebih banyak kerugian di seluruh ekosistem teknologi.

        Singkatnya, akan ada lebih sedikit modal yang tersedia untuk semua jenis startup dan akan tersedia dengan penilaian yang jauh lebih rendah. Kapitalis ventura juga akan kesulitan mengumpulkan modal. Akan ada lebih sedikit modal yang tersedia dalam sistem secara keseluruhan, dan akan lebih mahal untuk mendapatkannya.

        Menjadi hemat perlu dilakukan pada masa tech winter ini. Anda menghasilkan uang dengan tidak membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak Anda butuhkan adalah salah satu rahasia besar dari banyak orang kaya.

        Salah satu inefisiensi biaya operasional yang menyebabkan tech winter terbesar adalah pada tenaga kerja. Sebagian besar perusahaan mengaitkan perencanaan tenaga kerja mereka dengan pertumbuhan mereka.

        Misalnya, jika startup fintech lending diperkirakan akan memperoleh 10.000 pengguna bulan depan, mereka harus mempekerjakan 10 petugas tambahan untuk bergabung dengan pengguna ini. Selain itu, startup mungkin perlu merekrut 10 staf penagihan tambahan untuk memastikan kelancaran pembayaran dari pengguna tambahan ini.

        Selain itu, startup juga perlu merekrut beberapa tenaga tambahan di tim keuangan mereka yang bertugas mencairkan dana dan memverifikasi pembayaran secara manual. Rencana tenaga kerja ketiga tim kemudian akan dikaitkan dengan perencanaan tim rekrutmen mereka. Jika ada kebutuhan untuk merekrut 20 orang tambahan, maka tim rekrutmen mungkin perlu merekrut anggota tim tambahan.

        Ketika prosesnya manual, saat memikirkan otomatisasi, tim sering kali hanya mempertimbangkan dampaknya pada proses mereka saja. Pada kenyataannya, mengotomatiskan satu proses bisnis juga dapat berdampak pada proses bisnis lainnya.

        Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk mengotomatiskan proses onboardingnya, maka dapat mengurangi biaya operasi pada tim mereka. Langkah ini memiliki reaksi berantai ke fungsi bisnis lainnya, mengurangi beban tim keuangan dan bahkan perekrutan.

        Oleh karena itu, banyak startup yang terdampak tech winter ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Raksasa Meta Facebook baru saja melepas 11.000 tenaga kerjanya. Twitter juga memangkah 3.500 karyawannya. Di Indonesia sendiri, beberapa startup juga melakukan PHK, di antaranya seperti TaniHub, SayurBox, Ajaib, Ula, Shopee Indonesia, dan lain sebagainya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: