Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi Tiga Periode Kembali Digaungkan, Elite Megawati Keheranan: Jangan Khianati Kontrak Politik...

        Jokowi Tiga Periode Kembali Digaungkan, Elite Megawati Keheranan: Jangan Khianati Kontrak Politik... Kredit Foto: Twitter/Joko Widodo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin keheranan dengan kembalinya isu Joko Widodo alias Jokowi tiga periode.

        Dirinya meminta Bambang Soesatyo selalu penggaung isu tersebut untuk berpikir ulang mengenai konsekuensi menunda pemilu.

        Baca Juga: Wilayah Ini Kecewa Sama Jokowi Hingga Mau Gabung Negara Sebelah, Elite NasDem: Ini Bisa Masuk Makar!

        Menurutnya hal tersebut sudah jelas bertentangan dengan konstitusi dan kehendak dari masyarakat.

        "Sudahlah, tak perlu bicara soal menunda atau mengundurkan Pemilu karena inkonstitusional dan mengkhianati kontrak politik dengan rakyat," ujar Hasanuddin kepada wartawan, Ahad (11/12/2022). 

        Dia membeberkan sejumlah alasan mengapa menunda pemilu melawan konstitusi.  Pertama adalah bertentangan dengan Pasal 22E Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menjelaskan bahwa pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. 

        Kedua bertentangan dengan Pasal 167 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Pasal tersebut menegaskan bahwa pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali.

        Baca Juga: Tawarkan Kembali Tiga Periode, Jokowi Harus Curigai Misi Terselubung Bamsoet: Ini Tidak Natural...

        "Saya rasa sudah sangat jelas, bila bertentangan dengan konstitusi dan UU, serta tidak diatur mekanismenya (penundaan pemilu) oleh peraturan perundang-undangan, maka lebih baik dihentikan saja. Jika dibiarkan, usulan penundaan pemilu hanya menjadi perbuatan melanggar konstitusi," ujar Hasanuddin.

        Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo, mengatakan,  saat ini Indonesia tengah memasuki masa peralihan dan pemulihan dari pandemi Covid-19.

        Namun pada masa seperti ini, dia mempertanyakan tepat atau tidaknya pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2024.

        Baca Juga: Baunya Sindir Anaknya Megawati, Sikap Jokowi Bagikan Suvenir Dipuji Habis: Ngasihnya Gak Dilempar...

        "Ini juga harus dihitung betul apakah momentumnya tepat dalam era kita tengah berupaya melakukan recovery bersama terhadap situasi ini, dan antisipasi, adaptasi terhadap ancaman global seperti ekonomi, bencana alam," ujar pria yang akrab disapa Bamsoet itu dalam diskusi yang digelar Poltracking Indonesia, Kamis (8/12/2022).

        Dia sendiri mengapresiasi kinerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin jelang berakhirnya 2022. Hal tersebut terbukti dari hasil survei Poltracking Indonesia, yang menunjukkan 73,2 persen publik puas terhadap kinerja pemerintahan.

        Selanjutnya, dia mempertanyakan apakah kepuasan publik tersebut berkorelasi terhadap keinginan masyarakat untuk terus dipimpin oleh Jokowi. Baik lewat perpanjangan masa jabatan presiden atau tiga periode masa kepemimpinan.

        Menurutnya, kinerja pemerintahan Jokowi-Ma'ruf terhambat oleh pandemi Covid-19 selama dua tahun. Hal itu menyebabkan kerja-kerja dari pemerintahan tak maksimal dalam merealisasikan visi dan misinya.

        Baca Juga: Kurang Ketumnya NasDem, Padahal Megawati Hingga Prabowo Berani Hadiri Pernikahan Anak Jokowi

        "Kita sama-sama tahu, deras sekali pro kontra di masyarakat, ada yang memperpanjang, ada yang mendorong tiga kali, tapi terlepas itu saya sendiri ingin tahu keinginan publik yang sebenarnya ini apa? Apakah kepuasan ini ada korelasinya dengan keinginan masyarakat, beliau tetap memimpin kita melewati masa transisi ini," ujar Bamsoet.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: