Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gedung Putih: Biden Terbuka Kalau Zelensky Mau Berdamai sama Putin

        Gedung Putih: Biden Terbuka Kalau Zelensky Mau Berdamai sama Putin Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
        Warta Ekonomi, Washington -

        Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menjanjikan lebih banyak dukungan militer untuk Ukraina, sementara juga memuji proposal perdamaian yang diajukan oleh mitranya, Volodymyr Zelensky.

        Biden membuat komentar saat kedua pemimpin berbicara melalui telepon pada Sabtu (10/12/2022). Moskow menyebut peta jalan Zelensky tidak bisa dijalankan.

        Baca Juga: Jenderal Iran Tergelitik Lihat Ukraina Sulit Buktikan Rusia Gunakan Drone Iran

        "Presiden Biden menyambut keterbukaan yang dinyatakan Presiden Zelensky untuk perdamaian yang adil berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang diabadikan dalam Piagam PBB," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

        Biden juga berjanji untuk melanjutkan bantuan militer dan lainnya ke Kiev dengan "memprioritaskan upaya untuk memperkuat pertahanan udara Ukraina."

        Janji tersebut datang setelah Pentagon meluncurkan paket bantuan terbarunya pada Jumat (9/12/2022), yang mencakup tambahan roket HIMARS dan 80.000 peluru artileri 155mm, serta “kemampuan pertahanan udara.”

        Zelensky berterima kasih kepada Biden "atas dukungan konsisten terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, atas kepemimpinannya dalam mengkonsolidasikan upaya internasional untuk melawan agresi Rusia," menurut pernyataan kantornya.

        Pernyataan itu menambahkan bahwa Zelensky "menekankan bahwa Ukraina ingin mencapai perdamaian" dengan Moskow. Kiev meluncurkan sepuluh langkah "formula perdamaian" bulan lalu, yang menyerukan Rusia untuk menarik pasukannya dan "mengkonfirmasi integritas teritorial Ukraina."

        Moskow menyebut prasyarat ini "tidak dapat diterima", terutama setelah empat bekas wilayah Ukraina menjadi bagian dari Rusia menyusul referendum pada akhir September, sementara Krimea melakukan hal yang sama pada 2014.

        Moskow juga menekankan bahwa pengiriman senjata ke Ukraina hanya akan menyebabkan lebih banyak pertumpahan darah dan menuduh Kiev menggunakan roket dan artileri berat yang dipasok Barat untuk menargetkan warga sipil di Donbass.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: