Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Politikus PDIP Tunjuk PKS dan Demokrat Jadi Biang Kerok: Pak Jokowi Sering Difitnah...

        Politikus PDIP Tunjuk PKS dan Demokrat Jadi Biang Kerok: Pak Jokowi Sering Difitnah... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Deddy Yevri Sitorus sangat menyesalkan taktik politik berbasis fitnah dan adu domba yang diduga kerap dilakukan sejumlah politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.

        Menurutnya, fitnah-fitnah dan provokasi itu telah dilakukan berulang kali oleh para elite Partai Demokrat dan PKS.

        Baca Juga: Bandingkan dengan SBY, Politikus Demokrat Akui Kehebatan Jokowi: Soal Utang, Memang Lebih Unggul

        Mulai dari soal potensi kasus hukum Anies Baswedan, jegal menjegal bakal calon presiden dan cawapres, tawar-menawar kursi kabinet, intervensi terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan banyak lagi.

        “Mereka ini sedikit-sedikit melempar fitnah tanpa dasar dan tanpa bukti yang seringkali menyebabkan kegaduhan politik,” ungkap Deddy melalui keterangan tertulisnya kepada media.

        Deddy menilai kedua pihak itu dengan mudah melontarkan provokasi, dan tangan mereka dengan sembrono menunjuk ke Istana hingga Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

        “Ini tidak sehat karena asumsi dibangun di atas fitnah dan tidak memikirkan dampaknya bagi kualitas demokrasi dan pemilu,” katanya.

        Anggota Komisi VI DPR ini mengatakan bahwa taktik murahan itu sepertinya menjadi pakem bagi kedua partai politik tersebut untuk mendapatkan simpati publik.

        “Dari dahulu Demokrat itu suka main drama politik, sinetron murahan, sementara PKS suka menuduh sembarangan tanpa bukti yang logis dan valid. Jadi, sepertinya tuding menuding dan bermain drama murahan memang sudah menjadi genetika politik dari kedua partai itu,” ujar Deddy.

        “Saya tidak melihat ada bukti yang valid bahwa Istana maupun presiden melakukan intervensi apa pun yang dapat digugat baik secara hukum maupun etika,” lanjut anggota DPR dari Dapil Kalimantan Utara tersebut.

        Deddy juga mencontohkan insinuasi tentang Presiden Jokowi memihak bakal calon presiden mana pun dengan penggunaan kekuasan, seharusnya dibuktikan secara hukum dan etika demokrasi.

        Sejauh ini, katanya, Jokowi maupun Istana tidak pernah menyebut mendukung nama bakal calon mana pun.

        Jokowi dan Istana juga tidak pernah menunjukkan preferensi tunggal yang bisa dikatakan memihak atau meng-endorse calon.

        Baca Juga: Heboh Curhatan Jokowi, Sinyal Anies 'Gigit Jari' di Pilpres?

        Dia mengatakan bahwa ketika presiden beberapa kali menyampaikan gimik atau metafora politik, itu hal yang wajar, menghibur, dan seharusnya dianggap sebagai intermeso dalam demokrasi.

        Menurut Deddy, hampir semua pemimpin di negara demokrasi melakukan hal serupa dan itu tidak melanggar regulasi maupun konstitusi.

        “Hal itu masih lebih elegan dibanding dengan Anies Baswedan yang ke mana-mana dipromosikan sebagai calon presiden oleh partai-partai politik pendukungnya. Yang harus diawasi adalah apakah ada penggunaan elemen kekuasaan, anggaran, fasilitas negara yang dipakai untuk meng-endorse salah satu bakal calon,” tambah pria asal Sumatera Utara, itu.

        Oleh karena itu Deddy menilai seharusnya Partai Demokrat dan PKS lebih elegan berpolitik, fokus dalam memperbaiki partai dan mempromosikan calon mereka.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: