Gita Wirjawan Nilai Tahun Politik 2024 Bawa Pengaruh Positif Buat Ekonomi Indonesia
Tahun politik telah menjadi salah satu dari tahun-tahun yang paling banyak dinanti sekaligus tahun yang paling banyak diwaspadai. Menyambut tahun politik dengan adanya pilpres 2024 nanti, mantan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, dalam sebuah video berjudul 2023 Resesi? Apakah Kita Harus Khawatir ~ Gita Wirjawan #endgame yang diunggah di akun YouTube Berbagi Ilmu pada 25 Desember lalu, menjelaskan pandangannya bahwa tahun politik 2024 akan membawa pengaruh positif bagi perekonomian nasional.
"Setiap kali ada proses politik atau aktivitas politik itu akan terjadi peningkatan mobilitas. Semakin meningkat mobilitas apalagi semakin meningkat interaksi anonim karena begitu si siapa pun mau naik panggung, itu yang nonton kebanyakan tidak kenal satu sama lain, dan semakin banyak aktivitas ekonominya. Jadinya itu secara historis, di mana pun, bukan hanya di Indonesia saja, setiap ada proses politik itu berkolerasi dengan peningkatan konsumsi," tutur Gita seperti dikutip dalam video pada Rabu (28/12/2022).
Baca Juga: Gonjang-Ganjing Resesi Tahun 2023 dalam Kacamata Gita Wirjawan: Haruskah Khawatir?
Dalam rumusan ekonomi nasional, Gita menjelaskan bahwa unsurnya terdiri dari berbagai hal, termasuk konsumsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ekspor, dan juga impor. Dengan harga komoditas di Indonesia yang saat ini tengah mengalami kenaikan, sektor ekspor dan impor pun mengalami surplus. Kenaikan harga komoditas juga dapat mendukung sektor pajak dalam negeri yang tentu juga pada akhirnya mendorong APBN.
Menyimpulkan dari situasi tersebut, Gita mengatakan, "Konsumsi pasti akan meningkat [pada tahun] 2023-2024. Nah yang perlu dinaikkan adalah I-nya atau investasi. Investasi ini bisa datang dari bank di dalam negeri atau pemodal dari luar negeri."
Ia menambahkan, "Saya seringkali menyampaikan, ini kita masih harus lebih bisa menaikkan penanaman modal dari luar negeri. Caranya bagaimana? Belajar bahasa internasional. Karena Indonesia itu tidak kekurangan ide. Kita idenya banyak banget tapi kita kekurangan proficiency bahasa asing karena modal ini lebih banyak di luar daripada di dalam negeri."
Gita menjelaskan bahwa masyarakat kini perlu untuk mulai menepis pandangan anti-investasi asing. Karena dalam hal ini, meskipun negara di dalam negeri memiliki modal namun ada keterbatasan di dalam modal investasi tersebut.
"Cara ngukurnya gampang, kalau kita hitung duit yang ada di seluruh Indonesia, itu namanya uang beredar, kita bagi PDB kita atau ekonomi kita itu rasionya kurang lebih 40-an%, tetapi di negara-negara maju kalau kita hitung duit yang beredar di negara mereka dibagi PDB-nya mereka itu rasionya 125-250%. Gede kan bedanya? Nah caranya gimana untuk datangin modal dari luar negeri? Harus dengan bahasa internasional," terang Gita.
Menegaskan kembali, masyarakat perlu lebih memberikan perhatian kepada cara-cara atau kemampuan untuk mendatangkan modal investasi dari luar negeri, salah satu cara untuk mendukung tesis investasi ini adalah dengan pemahaman dan kemampuan bahasa asing sehingga Indonesia dapat mengumpulkan lebih banyak modal asing ke dalam negeri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: