Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Soroti Aksi Vandal Oknum Suporter, Pengamat: Mereka Hanya Dijadikan Pelengkap Pertandingan

        Soroti Aksi Vandal Oknum Suporter, Pengamat: Mereka Hanya Dijadikan Pelengkap Pertandingan Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat sepak bola nasional, Achmad Firdaus mengkritik manajemen pengamanan PSSI buntut dari insiden pelemparan bus tim nasional Thailand yang terjadi sebelum laga Grup A Piala AFF 2022 kontra Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (29/12).

        Firdaus menilai PSSI kembali kecolongan karena tidak bisa mengantisipasi pergerakan suporter dan mengamankan rute bus yang ditumpangi pemain Timnas Thailand saat mereka menuju Stadion GBK.

        β€œIni bukan lagi masalah kecolongan, karena aksi-aksi ini sudah terjadi, sering terjadi hingga tindakan preventif harusnya dilakukan, dan ini sudah terjadi berulang kali. Ini menandakan PSSI itu tidak bekerja,” kata Firdaus saat dihubungi, Sabtu (31/12).

        Akademisi dari Universitas Nasional (UNAS) ini menilai, aksi kekerasan yang dialami oleh pemain Timnas Thailand menjadi contoh buruknya manajemen PSSI. Sebab, tidak mampu menyelesaikan masalah yang sering terjadi dalam sepak bola Indonesia.

        "Ini adalah contoh buruk yang kembali dipertontonkan oleh kepengurusan PSSI saat ini, selain tragedi Kanjuruhan. Dengan pola dan kejadian yang sama dan terus berulang, menandakan PSSI tidak paham persoalan,” ucapnya.

        Hal yang tidak kalah penting, kata Firdaus, dalam statuta PSSI tidak ada komite yang secara khusus menangani suporter. Meskipun secara teknis ada Divisi Pembinaan Suporter PSSI, hal itu seolah menjadikan suporter sebagai subordinat yang tidak penting.

        "Ini lucu, bagaimana bisa suporter dilepaskan dari sepak bola. Padahal seharusnya suporter itu jadi bagian dari stakeholder yang punya peran penting bagi kemajuan sepak bola Indonesia," ungkapnya.

        Konsekuensinya, lanjut Firdaus, suporter ini hanya dijadikan komoditi pelengkap pertandingan, sehingga suara-suara mereka tidak pernah didengarkan. Apalagi dijadikan pertimbangan untuk membuat keputusan.

        "Jadi wajarlah aksi vandal suporter ini semakin liar dan brutal. Sebab, ternyata selama ini tidak pernah dianggap. Aksi-kasi spanduk Kanjuruhan dan revolusi PSSI itu bagi saya akibat dari hilangnya rasa percaya suporter kepada PSSI," tegasnya.

        "Aksi vandalisme itu akibat dari manajemen yang tidak profesional, kenapa? karena jika suporter diperhatikan, harusnya pertandingan sepak bola itu festival kegembiraan bersama, bukan teror menakutkan. Suporter juga bisa jadi pemain ke 12 sebagai energi untuk timnas,” tambahnya.

        Lanjut Firdaus, aksi kekerasan dalam sepak bola Indonesia jika dilihat dari akarnya, itu karena buruknya kinerja PSSI saat ini. Buruknya kinerja PSSI berdampak pada kualitas pemain, pertandingan, liga dan termasuk suporter.

        "Jadi jangan hanya salahkan suporter kalau mereka liar, tapi koreksi ke dalam dan periksa keadaan, apakah PSSI sudah baik atau belum," ungkapnya.

        Bagi Firdaus, jalan terbaik baik transformasi total sepak bola nasional adalah revolusi PSSI. "Baik organisasinya, pimpinannya, gagasannya dan manajemennya perlu direvolusi. Kembalikan PSSI kepada orang baru yang benar-benar paham soal sepak bola dan bisnis sepak bola," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: