Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pamer Nonton Film Dokumenter Presiden Brazil, Anies Bicara Soal Erosi Demokrasi

        Pamer Nonton Film Dokumenter Presiden Brazil, Anies Bicara Soal Erosi Demokrasi Kredit Foto: Instagram/aniesbaswedan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bakal calon presiden (capres) Partai NasDem, Anies Baswedan, membagikan momen nonton film dokumenter berjudul The Edge of Democracy yang dibuat pada tahun 2019 oleh Petra Costa yang berasal dari Brazil.

        Film tersebut bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai presiden. Film tersebut juga menceritakan upaya-upaya penyingkiran Lula melalui pengadilan yang dinilai kontroversi dengan tuduhan korupsi. Namun, pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukum tersebut.

        Baca Juga: Bandingkan Nasib Ganjar dan Anies Gegara Banjir, Warganet Malah Ceramahi Musni Umar: Halo Profesor Gadungan, Saya Warga Semarang...

        Anies menyebut, kejatuhan Lula merupakan erosi bagi demokrasi di Brazil yang membuka jalan bagi Jair Bolsonaro menempati posisi presiden yang menggantikannya. Dalam keterangannya, Anies mengaku bahwa film tersebut mengingatkannya pada buku How Democracies Die yang memiliki tiga tahap pelemahan demokrasi yang perlahan dan tanpa disadari.

        Pertama, papar Anies, tahap kuasai wasitnya di mana para pemegang kekuasaan dalam suatu lembaga negara netral yang pendukung status quo. Kedua, singkirkan pemain lawan, di mana lawan politik disingkirkan dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.

        Ketiga, ganti aturan mainnya. Anies menuturkan, tahap ini dilakukan dengan mengubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan.

        "Pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan shifting baseline syndrome, yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk," kata Anies dalam keterangannya di akun Instagram resminya, Senin (2/1/2023).

        Anies menilai, kondisi yang penuh dengan praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak dinormalkan dalam demokrasi, menjadi hal wajar sebab perburukannya berlangsung perlahan.

        Menurutnya, film dokumenter tersebut memberikan pembelajaran tentang demokrasi yang tidak diperbolehkan untuk diterima begitu saja. Dia menilai, kesehatan demokrasi harus terus dirawat.

        Baca Juga: Terus Menerus Jadi Perbincangan, Anies Baswedan Berjaya di Ruang Digital pada Tahun 2022, Ini Buktinya!

        "Penyimpangan walau hanya kecil, tetapi kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan," jelasnya.

        "Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: