Gejolak krisis energi dunia yang terjadi pada tahun 2022 nampaknya masih akan berlanjut pada tahun 2023 ini. Sebagai negara yang notabene net importir minyak dan gas (migas) membuat Indonesia harus mewaspadai hal tersebut.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan krisis energi masih akan berlanjut pada tahun 2023 yang didorong oleh beberapa faktor.
"Kita masih akan menghadapi fase krisis energi yang terjadi secara global, terutama bersumber dari masih berlangsungnya perang di Ukraina kemudian juga ada gangguan rantai pasok," ujar Bhima saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Senin (9/1/2023).
Baca Juga: Peluang Besar di Depan Mata, Orang Terkaya Kedua di Asia Fokuskan Bisnis ke Energi Hijau
Bukan hanya itu, faktor lain yang menyebabkan krisis energi akan berlanjut adalah negara-negaea penghasil migas atau energi masih akan menahan ekspor dari produksinya untuk kebutuhan negaranya.
"Juga ada proteksi di negara-negara penghasil migas (penghasil energi) untuk bisa mencukupi kebutuhan energi di dalam negerinya sebelum melakukan ekspor," ujarnya.
Bhima melanjutkan, usai dicabutnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dapat dipastikan bahwa mobilitaa masyarakat akan kembali normal seperti sebelum adanya pandemi.
Dengan begitu, konsumsi BBM akan kembali meningkat, baik itu untuk industri ataupun untuk kebutuhan transportasi.
"Pascapencabutan PPKM harus siap-siap di mana kouta BBM harus ditingkatkan karena ada mobilitas yang mulai kembali kepada fase prapandemi, artinya kebutuhan untuk transportasi juga menjadi melonjak signifikan," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: