Kredit Foto: Unsplash/Dominik Vanyi
Tren transisi energi yang terjadi di beberapa negara dunia dapat membuat komoditas utama ekspor Indonesia seperti batu bara akan mengalami tekanan cukup dalam pada tahun 2023.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memproyeksikan harga batu bara akan mengalami tekanan hingga 30 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada 2023.
"Ketika terjadi penurunan di sektor fosil seperti batu bara dan migas, maka pemerintah harus menyiapkan lapangan kerja untuk di transisi energi," ujar Bhima saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Senin (9/1/2023).
Baca Juga: Harga Batu Bara Berpotensi Tertekan hingga 30 Persen pada 2023
Pasalnya, perusahaan batu bara yang tadinya merekrut karyawan secara besar-besaran ketika ada koreksi harga, akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor pertambangan dan migas.
"Ini yang harus disiapkan oleh pemerintah dengan komitmen investasi di EBT, maka pekerja di sektor batu bara harus disiapkan beralih ke sektor energi terbarukan, harus ada skill baru yang dipelajari, institusi pendidikan juga harus disiapkan," ujarnya.
Bhima menilai hal tersebut harus dipersiapkan guna memberi jaminan ketahanan energi maupun ada serapan tenaga kerja baru di bidang EBT.
"Kalau tidak mempersiapkan itu dan tiba-tiba harga komoditas energi dunia anjlok, akan terjadi gelombang PHK massal, dan pernah terjadi sampai ada kampung PHK di Kalimantan pada tahun 2015 karena penurunan signifikan harga batu bara," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: