Megawati Nyinyirin Parpol Tak Usung Kadernya Sendiri, Elite Nasdem: Justru Itu Luar Biasa!
Dalam pidato politiknya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri mengaku bingung dengan pengusungan capres dari partai politik peserta pemilu tahun 2024 nanti.
Pasalnya, terdapat beberapa partai politik yang mengusung capres di luar kader internal. Megawati menyebut hal tersebut penuh dengan anomali.
Baca Juga: Anies Full Senyum, NasDem dan PKS Segera Bertemu, Bau Deklarasi Koalisi Menggebu-gebu: Kami Sudah...
"Saya bilang kok tahun ini itu, saya sebut seperti tahun anomali," kata Megawati dalam pidato politiknya di HUT PDIP ke-50 tahun di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/23).
Megawati juga mempertanyakan fungsi dari partai politik itu sendiri. Pasalnya, sesuai aturan yang telah ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) jelas bahwa presiden yang diusung mesti berasal dari kader sendiri.
"Jadi pertanyaan saya, mau bikin partai untuk opo?" katanya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya menuturkan, salah satu fungsi partai adalah untuk memajukan setiap putra dan putri terbaik bangsa. Dia menyebut, hal tersebut menjadi stand point yang dipakai Nasdem.
"Suatu hal yang lazim, suatu hal yang umum kalau partai mengajukan orang di luar dirinya, di luar kadernya, di luar kepengurusannya. Itu baru luar biasa," kata Willy saat ditemui wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/23).
Dia menyebut, adalah hal yang luar biasa ketika ada partai politik yang didirikan bukan untuk dirinya sendiri. Willy menilai hal tersebut merupakan kebijakan moralitas dari sebuah dedikasi Surya Paloh.
Baca Juga: Belum Ungkap Majuin Ganjar atau Puan, Strategi Megawati Dibongkar Habis-habisan: Macam Main Kartu...
"Jadi Pak Surya Paloh berpolitik out of the box. Pak Surya berpolitik tidak biasa-biasa saja. Biarkan sejarah yang mencatat itu," kata Willy.
Berdasarkan peristiwa sejarah politik, Willy menuturkan bahwa terdapat sekumpulan anak-anak Menteng yang dipelopori Adam Malik, Wikana dan Sukarni tidak mencalonkan Soekarno sebagai presiden karena dianggap sebagai ikon romusha dan kolaborator Jepang.
Anak-anak Menteng tersebut mengusulkan agar Sutan Syahrir yang didaulat sebagai presiden. Kendati demikian, kata Willy, Syahrir menyebut Soekarno yang lebih pantas sebab memiliki representasi pemimpin.
Baca Juga: Megawati Perintahkan Kader PDIP Bela Rakyat, Ganjar: Saya Siap Laksanakan
Dengan peristiwa tersebut, Willy menyebut Surya Paloh ingin mewujudkan hal yang sama dalam proses politik yang tengah dijalankan. Bukan hanya dalam lingkaran pertemanan saja, tetapi seluruh rakyat Indonesia yang memiliki kapabilitas untuk memimpin negara yang baik.
"Kemudian ada equil oportunity why not the best, kenapa yang tidak lebih yang memimpin kita? Kalau toh ada dari sumber dari akademisi, dari businessman, dari dosen, dari jurnalis, Dar ulama, dari pegiat sosial, dari aktivis. Toh tidak terbatas pada kader semata," paparnya.
Selain itu, dia menuturkan mesti juga dilihat dari rekam jejak partai politik terkait. Jika dibandingkan PDIP yang telah berusia 50 tahun, tentu Nasdem yang berusia 10 tahun mesti banyak belajar.
Oleh sebab itu, Willy menyebut partai yang memiliki kader berkualitas sangat beruntung. Paling tidak, kata Willy, lihat juga partai-partai yang menyediakan panggung bagi orang-orang di luar kader.
Dia menyebut, banyak tokoh-tokoh yang memiliki rekam jejak pemimpin yang baik tetapi tidak masuk dalam keanggotaan suatu partai politik, seperti Anies Baswedan.
Baca Juga: Hasil Pantauan Fenometer, Anies dan Nasdem Miliki Elektabilitas Digital Tertinggi bagi Warganet
"Orang seperti Anies bukan pengurus partai tetapi memiliki kapasitas, memiliki rekam jejak, memiliki kapabilitas untuk menjadi pemimpin. Nah ini bicara tentang poin of view, bagaimana perspektif di dalam melihat sebuah realitas dan berjiwa besar melihat memberikan kendaraan kepada orang untuk menumpanginya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar