Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AHY Bau-bau Sad Ending, Aspirasi NasDem Maunya Tokoh NU yang Jadi Cawapres Anies: Khofifah Atau Yenny Wahid?

        AHY Bau-bau Sad Ending, Aspirasi NasDem Maunya Tokoh NU yang Jadi Cawapres Anies: Khofifah Atau Yenny Wahid? Kredit Foto: Partai Demokrat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Calon presiden (capres) Partai NasDem Anies Baswedan hingga saat ini belum memutuskan pendamping yang akan menemaninya bertarung di Pemilu 2024. Mengenai hal ini, Ketua DPP Partai Nasdem, Effendy Choirie atau Gus Choi, membeberkan pertimbangan pihaknya dalam memilih calon wakil presiden (cawapres) untuk Eks Gubernur DKI Jakarta itu.

        Berdasarkan aspirasi dari NasDem di tingkat bawah hingga atas, muncul usulan cawapres Anies harus berasal dari kalangan tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

        Baca Juga: Pintu Sudah Tertutup! Jokowi Endorse Siapa Pun Jadi Presiden Kecuali Anies, NasDem Heran: Padahal yang Bakal Menang Itu Anies

        "Kalau obrolan-obrolan di pengurus Nasdem, level-level bawah, level menengah, sampai level atas ya intinya antara lain ya dari lingkungan NU. Nah kader-kader NU itu ya, yang masih netral belum berpolitik praktis," ujar Gus Choi kepada wartawan, Kamis (12/1/2023).

        Sejumlah nama tokoh NU itu disebutkan oleh Gus Choi, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Tengan Taj Yasin Maimoen, hingga Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid.

        Tokoh-tokoh NU tersebut dinilainya belum masuk ke dalam ranah politik praktis, karena bukan merupakan kader partai. Tak seperti Abdul Muhaimin Iskandar yang merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang sudah digandeng berkoalisi dengan Partai Gerindra.

        "Belum (diusulkan ke Anies), tapi nama-nama yang mungkin pantas untuk dipertimbangkan untuk jadi cawapres Anies dari kalangan NU," ujar Gus Choi.

        Kendati demikian, bahwa sosok cawapres untuk Anies juga masih terus dibahas bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Salah satu kriterianya adalah sosok tersebut harus mampu menutup kelemahan Anies.

        Baca Juga: Alerta! Anies Baswedan Makin Melesat, Bakal Dapat Suara dari Pemilih Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf, Ganjar Aman?

        "Semua usulan kan harus ditampung, dibicarakan bersama, dan ujungnya adalah siapapun harus diterima asal memang cawapresnya itu bisa mendongkrak suara, bisa memenuhi kelemahan Mas Anies. Sehingga kelemahan bisa diisi, kekurangan bisa dilengkapi," ujar Gus Choi.

        Adapun, Partai Demokrat dan PKS didengarnya akan mendeklarasikan rencana Koalisi Perubahan dan Anies sendiri-sendiri terlebih dahulu. Barulah, kerja sama politik itu dideklarasikan bersama ketiga partai politik.

        "Deklarasi capres, saya dengar deklarasi capres dulu, deklarasi Anies, terus suatu saat deklarasi bareng, mungkin gitu. Ini kan ketika deklarasi bareng mungkin sekaligus dengan cawapres," ujar Ketua Teritorial Pemenangan Pemilihan Umum Partai Nasdem itu.

        Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan bahwa komunikasi dengan Partai Nasdem dan PKS. Bahkan, rencana Koalisi Perubahan antara ketiganya diklaim berada di jalur yang sudah tepat.

        Baca Juga: Ancam Buka 'Borok' Bacapres NasDem, Pendukung Anies 'Serang' Rudi Valinka: Fitnah! Laporin KPK Aja Kalo Ada Bukti...

        "Saya senang progresnya nyata, on the track. Walaupun kita tahu politik adalah sesuatu yang penuh dengan misteri, koalisi juga begitu, kita terus berikhtiar," ujar AHY di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis.

        Terkait posisi cawapres, AHY mengatakan bahwa ketiga partai politik tersebut masih mencari pasangan yang terbaik. "Sebelum ada deadline yang ditetapkan berdasarkan undang-undang, bahwa kita hari ini terus mencari pasangan yang terbaik kans kemenangannya," ujar AHY.

        Namun, ia menyinggung soal tak boleh adanya sikap saling memaksakan kehendak. Koalisi harus terbentuk ketika ada konsensus antara semua partai politik yang ingin bekerja sama. Sebab, konsensus tersebut merupakan cara untuk mendapatkan restu dan menghadirkan kemenangan.

        "Kami juga setuju bahwa tidak boleh dalam ikhtiar membangun koalisi ada yang saling memaksakan kehendak, ada yang saling memaksakan diri, contoh memaksakan itu begini, pokoknya wajib si A, itu maksa," ujar AHY.

        Baca Juga: NasDem Ingin Cawapres Anies Baswedan Sosok yang Bisa Memenuhi Kelemahan dan Mendongkrak Suara

        Di samping itu, dalam proses penentuan pasangan capres dan cawapres harus dilandasi dengan keyakinan, Bukan sikap saling memaksakan kehendaknya masik-masing.

        "Sekali lagi tidak boleh memang saling memaksakan, tapi sebaliknya kita harus meyakinkan bahwa pasangan yang nanti bisa dihadirkan oleh koalisi perubahan ini adalah pasangan yang merepresentasi. Saya ulangi pasangan yang benar-benar merepresentasi gerakan perubahan dan perbaikan," ujar putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: