Pasca mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres, hubungan Ketum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden Jokowi yang dulu begitu dekat, menjadi jauh. Sejumlah parpol koalisi pendukung Pemerintah bahkan ikut-ikutan mengkritik hingga membuat keduanya makin renggang. Nah, untuk memperbaiki hubungan itu, ada isu yang berhembus kencang bahwa Paloh minta ketemu Jokowi. Benarkah?
Seperti kita ketahui, hubungan Jokowi dengan Paloh renggang setelah Paloh mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden dari NasDem. Keduanya tak lagi terlihat bersama. Terakhir kali keduanya bertemu saat sama-sama menghadiri HUT ke-58 Partai Golkar, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022.
Pertemuan Jokowi-Paloh di Golkar kala itu, sempat menjadi sorotan. Karena lewat video potongan yang beredar di media sosial, Jokowi terlihat menolak ajakan pelukan dari Paloh. Namun, saat itu, elite NasDem membantah bila Jokowi mengacuhkan bosnya dan membantah telah terjadi kerenggangan.
Sinyal bahwa keduanya memang sudah tidak harmonis lagi justru saat NasDem merayakan ulang tahun pada 11 November 2022. Jokowi yang biasanya kerap hadir di acara NasDem, ternyata absen. Tak hanya absen, Jokowi ternyata juga tak memberikan ucapan selamat, baik lewat video, atau sekadar lewat media sosial Jokowi.
Kondisi makin memanas, saat PDIP sebagai lokomotif koalisi pendukung pemerintah berkali-kali memberikan sindiran pada NasDem. Puncaknya, yakni desakan sejumlah kader banteng agar dua menteri NasDem di kabinet dicopot.
Di tengah menguatnya isu reshuffle inilah, Paloh dikabarkan minta waktu untuk bertemu dengan Jokowi. Namun, berdasarkan informasi yang berkembang, Jokowi belum mengabulkan permintaan itu. Benarkah kabar ini?
Tadi malam Rakyat Merdeka coba mengkonfirmasi ke sejumlah elite NasDem. Hanya Wakil Sekretaris Jenderal NasDem Hermawi Taslim yang menjawab. Soal kabar tersebut, Hermawi mengaku belum mengetahuinya. Meski, dia mengakui saat ini Paloh sedang berada di Jakarta. "Wah, maaf saya belum dapat info itu," jawab Hermawi, singkat.
Senada dengan NasDem, pihak Istana juga belum mengetahui ihwal pertemuan itu. "Saya belum tahu. Kalau itu abang belum tahu. Belum ada kabar di Istana. Belum ada, belum ada," ucap Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin.
Bahkan, saat ditanya apa yang akan dibahas, Ngabalin pun tidak tahu. "Kira-kira mau bahas apa, tidak tahu. Tidak tahu. Kalau ada info segera dikabari ya," kata Ngabalin, mengakhiri sambungan telepon Rakyat Merdeka, tadi malam.
Bagaimana pakar mengulas isu ini? Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, sebaiknya Jokowi dan Paloh memang harus segera bertemu. Menurutnya, ada dua tujuan yang akan dibawa Paloh. Pertama, menjaga koalisi tetap utuh. Kedua, menjaga pemerintahan Jokowi tetap kompak.
"Seharusnya Pak Jokowi menerima itu. Misalnya, Pak Jokowi nolak, alasannya apa. Apakah gara-gara NasDem mencalonkan Anies Baswedan? Wah, itu jadi keliru nanti," katanya.
Jika Jokowi benar-benar tidak menerima Paloh, tentu akan ada dampaknya. Pertama, reshuffle kabinet. Kedua, keluarnya NasDem dari koalisi. Ketiga, musuh Jokowi akan bertambah. "Pak Jokowi kan perlu banyak-banyak teman. Karena nanti, setelah dia selesai, dia butuh teman tuh," cetus Hensat.
Namun, ketika Jokowi menerima Paloh, tentu banyak tafsiran yang akan muncul. Salah satunya soal koalisi dan sikap NasDem menuju Pemilu 2024. "Kalau Jokowi menerima Surya Paloh, artinya Jokowi juga welcome ke pencalonan Anies," ulas Hensat.
Sementara, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, jika benar Paloh ingin bertemu dengan Jokowi, pasti akan diterima. Terlebih keduanya memiliki hubungan baik.
Namun, hasilnya apa, hanya mereka berdua yang akan tahu. "Tetapi apakah kemudian pembicaraannya akan punya kesepakatan atau tidak, ini kita belum tahu. Kita wait and see saja perkembangannya," tutur Qodari.
Karena, pertemuan mereka tak jauh dari dua hal. Yakni, berkaitan dengan koalisi dan potensi reshuffle. "Sekarang ini ibarat main layangan atau main tarik tambang. Masing-masing punya posisi dan ada ketegangan. Nanti akan ke arah mana, pertemuan itu yang akan menentukan," kata Qodari.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin yakin betul, kalau Jokowi-Paloh ketemu, akan membahas soal reshuffle. Mengingat, desakan agar kader NasDem keluar dari kabinet sangat kencang disuarakan PDIP. Di balik itu, ketegangan antara Jokowi dan Paloh harus segera dicairkan.
Soal menerima atau tidak, semua ada di tangan Jokowi. Mantan gubernur DKI Jakarta itu bisa saja jual mahal, karena sedang dibutuhkan. Namun, sebagai seorang negarawan, harusnya Jokowi menerima pertemuan itu. Sekalipun beda arah dan tujuan politik menuju Pilpres 2024.
"Mungkin saja ada hubungannya. Karena tawaran Paloh kan Anies, tawaran Jokowi kan Ganjar Pranowo. Paloh ingin mengkompromikan itu. Jokowi maunya Ganjar, tidak menghendaki Anies. Mungkin di situ nggak ketemu. Semua orang juga tahu, bahwa persoalan Paloh dan Jokowi adalah pencapresan Anies," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: