Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Belajar Optimalkan Krisis Jadi Peluang dari Alfa

        Belajar Optimalkan Krisis Jadi Peluang dari Alfa Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Alfamart merupakan minimarket yang memulai bisnisnya di tengah resesi ekonomi pada 1999. Hingga saat ini, Alfamart telah memiliki sekitar 20 ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, tak hanya menyebar di dalam negeri, Alfa juga telah memiliki 1.400 gerai di Filipina.

        Keberhasilan Alfa menunjukkan resesi dapat dioptimalkan untuk menjadi peluang mengembangkan bisnis.

        "Kalau entrepreneur melihatnya [resesi] dari sisi yang berbeda. Justru itu sebagai peluang dan memang Pak Joko terbukti entrepreneur yang bisa membuktikan bahwa di setiap situasi pasti ada kesempatan," demikian diungkapkan oleh Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Peter Suryadi pada video bertajuk Belajar dari Alfa: Minimarket Lokal yang Menggempur Pasar Internasional di Youtube, dikutip Minggu (15/1/2023).

        Baca Juga: Djoko Susanto Gelontorkan Ratusan Miliar Buat Serok Saham Alfamart

        Sama halnya dengan konteks saat ini. Di tengah gempuran ancaman resesi 2023, Peter menyatakan pihaknya melihat ancaman tersebut sebagai tantangan.

        "Kalau kita mendengar istilah resesi, kata resesi kan konotasinya negatif. Justru kita melhatnya kembali lagi di setiap situasi ada peluang," imbuhnya.

        Dia mencontohkan saat pandemi sektor properti justru menunjukkan peningkatan kinerja ketika sektor-sektor lainnya terpuruk. Hal ini mengindikasikan adanya kesempatan bagi suatu bisnis untuk bersinar meski di tengah keterpurukan.

        Dalam konteks sektor retail, Peter menjelaskan yang menjadi peluang adalah indeks consumer confidence saat ini kurang lebih berada di posisi yang sama dengan sebelum pandemi. Artinya, tingkat kepercayaan konsumen telah kembali.

        Meski begitu, Alfa tetap mewaspadai kondisi makro, seperti nilai tukar rupiah. Sebab, gejolak yang terjadi di tingkat makro dapat memengaruhi daya beli konsumen. 

        Baca Juga: Bersama Alfamart Hadirkan Fitur Top Up Kembalian, Virgo Raih Penghargaan Google Play Best of 2022

        Di sisi lain, meski ada serangan pandemi, namun Alfa tetap percaya diri melebarkan sayap ke wilayah Indonesia Timur. Kepercayaan diri ini berangkat dari gerak pemerintah yang masif melakukan pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut. Oleh karena itu, Alfa ikut ambil bagian dengan membuka cabangnya.

        Hasilnya, animo dari masyarakat di kawasan Indonesia Timur terbilang tinggi. Sebab, kehadiran Alfa membuat masyarakat lebih mudah menjangkau produk-produk kebutuhan sehari-hari. Tak hanya masyarakat, kehadiran Alfa juga diklaim turut membantu para UMKM.

        "Jadi, kami sedikit banyak ada sumbangsihnya terhadap lokal ekonomi, karena kami lihat banyak sekali pelaku usaha kuliner yang tumbuh dan memanfaatkan kerumunan di sekitar Alfa," jelasnya. 

        Adapun terkait tantangan ke depan, Peter melihat karyawan memegang peran penting dala konteks ini. Pasalnya, karyawan akan memengaruhi performa dan citra perusahaan. Oleh karena itu, Alfa berupaya memacu karyawan untuk terus bertumbuh dan menjalani pekerjaan dengan bahagia.

        Baca Juga: Perdana dalam Sejarah, Pemilik Alfamart Masuk 10 Besar Orang Terkaya di Indonesia, Segini Kekayaannya!

        Tak hanya karyawan, konsumen juga perlu menjadi perhatian. Peter berpendapat konsumen saat ini sudah lebih melek isu lingkungan dan inklusivitas. Guna menjawab ini, Alfa mengurangi penggunaan plastik dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawannya, baik berbasis gender maupun disabilitas.

        "Jadi, perubahan perilaku konsumen itu memang terjadi," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: