Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Maka Capital Siapkan Pembinaan dan Investasi Pre-IPO Bagi Perusahaan Kecil Menengah

        Maka Capital Siapkan Pembinaan dan Investasi Pre-IPO Bagi Perusahaan Kecil Menengah Kredit Foto: Pixabay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pertumbuhan investor di pasar modal Indonesia saat pandemi naik dari 2,4 juta pada tahun 2019 menjadi 10,3 juta di akhir tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk berinvestasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh empat kali lipat selama 3 tahun terakhir. Bahkan pencapaian ini menjadi pertumbuhan terbesar bagi pasar modal Indonesia dalam 10 tahun terakhir.

        Namun dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia memiliki perusahaan terbuka paling sedikit, mengingat Indonesia memiliki populasi terbesar. Menurut data Google pada 2021, dengan 300 juta penduduk, Indonesia hanya memiliki 750 perusahaan terbuka. Sementara Vietnam memiliki 800 perusahaan terbuka dengan populasi 65 juta, Thailand memiliki 795 perusahaan terbuka dengan populasi 95 juta penduduk, dan Malaysia memiliki 900 perusahaan terbuka dengan hanya 30 juta penduduk.

        Baca Juga: Perkuat Industri Nikel, Hillcon Gelar IPO Tawarkan 442,300 Juta Saham

        Padahal jika semakin banyak perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, antara lain adalah peningkatan modal, efisiensi dan likuiditas yang lebih besar, corporate governance yang lebih baik, serta memberikan dampak positif bagi sektor keuangan dan ekonomi di Indonesia.

        Merujuk data BEI per 2022, tercatat baru 895 perusahaan yang melantai di bursa saham dari target sebanyak 1.000 perusahaan. Padahal saat ini, Pemerintah sudah memberikan regulasi yang memudahkan perusahaan skala kecil dan menengah untuk melantai di bursa saham dan mendapatkan modal dari masyarakat agar tumbuh lebih besar. Di samping itu, BEI meluncurkan Papan Akselerasi pada tahun 2019 yang memungkinkan perusahaan tahap awal untuk mendapatkan akses ke modal tanpa harus menggalang dana dari investor privat seperti Venture Capital (VC).

        Menurut Mahardika Prima selaku Partner dari Maka Capital, harus diakui bahwa masih banyak pemilik perusahaan yang tidak teredukasi dengan baik terhadap manfaat perusahaan go public. 
        “Melantai di bursa saham adalah salah satu alternatif terbaik yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan kecil dan menengah. Selain raihan dana untuk berkembang, menjadi perusahaan terbuka juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, karyawan dan juga pemaku kepentingan. Namun akses ke informasi, pembinaan, dan pendanaan Pre-IPO belum dapat diakses dengan mudah,” ujarnya.

        Baca Juga: Indonesia Pimpin Pasar IPO di Asia Tenggara

        Sementara itu, Kailash Raghuwanshi yang merupakan Managing Partner Maka Capital mengatakan, “Semakin banyak perusahaan yang go public, semakin banyak modal yang dimiliki untuk menumbuhkan perusahaan, semakin banyak lapangan pekerjaan dan kesempatan terbuka luas, sehingga akhirnya memajukan ekonomi Indonesia. Kami percaya bahwa perusahaan go public untuk besar, bukan besar baru go public.”

        Maka Capital merupakan perusahaan financial advisor dan investasi berbasis di Indonesia yang fokus pada pembinaan dan investasi Pra-IPO. Maka Capital ingin membantu banyak perusahaan tahap awal untuk bisa melantai di bursa saham dengan memberikan pembinaan dan juga berinvestasi sebelum IPO, agar lebih banyak lagi perusahaan skala kecil dan menengah yang bisa melantai di bursa. Maka Capital dipimpin oleh mantan pemodal ventura Kailash Raghuwanshi dan Mahardika Prima setelah perusahaan teknologi keuangannya di akuisisi pada awal tahun 2023, serta David Cornelis yang merupakan konsultan keuangan yang telah berkiprah di dunia corporate finance dan pasar modal selama lebih dari 15 tahun. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: